Sukses

Buah Manis Perjuangan Mantan Pedagang Baju di Lokalisasi Dolly Surabaya

Saat lokalisasi Dolly masih ada, mantan pedagang baju itu bisa mendapat Rp 50 ribu-100 ribu per hari. Setelah ditutup, bisnisnya terdampak hingga harus banting setir.

Liputan6.com, Surabaya - Selalu ada jalan keluar bagi orang yang mau terus berusaha mencarinya, apalagi hal itu terkait dengan usaha atau wiraswasta halal. Hal itu dialami Atiek Triningsih yang pernah menjajakan pakaian jadi kepada para pekerja seks komersial (PSK) di wilayah Dolly, Surabaya.

Lokasinya berusaha kini dikenal dengan nama aslinya, yakni Putat Jaya, Kota Surabaya, Jawa Timur. Saat Dolly masih normal, tak sulit bagi Atiek untuk mendapatkan uang Rp 50 ribu-100 ribu dalam sehari dengan menjual baju dan mengantarkan mereka bepergian ke suatu tempat.

Setelah Pemkot Surabaya menutup kawasan lokalisasi itu, banyak yang berubah. Banyak warga yang harus kehilangan pendapatannya. Wajar bila tidak sedikit warga yang merasa dirugikan dengan penutupan lokalisasi di sekitar Putat Jaya tersebut.

Namun bagi Atiek, hal itu tak berlaku. Niat besar untuk terus berusaha dan mengubah lingkungannya menjadi lebih baik membuat dia kemudian menerima kebijakan Pemkot Surabaya dengan pelatihan.

Program itu adalah bagian dari upaya pemulihan perekonomian setelah penutupan Dolly dengan memberikan pelatihan bagi warga terdampak. Atiek dan beberapa rekannya yang juga warga terdampak mengikuti pelatihan yang diberikan oleh Pemkot Surabaya bekerja sama dengan Disperindag Kota Surabaya.

Pada pelatihan tersebut, Atiek tertarik pada pembuatan alas kaki, yakni sepatu dan sandal. "Tiga kali saya mengikuti pelatihan. Sampai pada akhirnya saya merasa bisa, meski masih memiliki keterbatasan karena tidak punya alat yang memadai," tuturnya, dilansir Antara, Minggu, 29 Juli 2018.

Merasa mendapatkan cukup ilmu, Atiek bersama rekannya kemudian membuat produksi sepatu kulit sekitar Juni 2014. Namun setelah sebulan produksi, perempuan berjilbab ini mengaku belum bisa memasarkan barangnya, karena susah mendapatkan pembeli dan masih minder dengan produksinya sendiri.

Langkah demi langkah dia jalani dan usaha demi usaha pemasaran terus dia cari agar barang produksinya yang selama sebulan sudah menumpuk di gudang itu bisa terjual dan laku.

Sampai akhirnya dia bertemu Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, yang ketika itu berkunjung ke Kampung Putat Jaya. Atiek pun langsung menumpahkan segala keluhannya terkait produksi sepatu dan sandalnya.

"Dari situ saya dapat jawaban. Pesanan pertama saya dapatkan dari kelurahan. Setelah itu, mulai melebar ke kecamatan. Lumayan dapat banyak orderan karena kecamatan punya banyak kelurahan dinas-dinas maupun pemkot," tutur Atiek.

 

 

 

 

2 dari 3 halaman

Berkembang ke Sandal

Usaha Atiek kini mulai dikenal di kalangan kelurahan, kecamatan, hingga dinas-dinas di kawasan Pemkot Surabaya, bahkan berkembang ke pembuatan slipper (sandal hotel).

Dengan bantuan Kecamatan Sawahan, Atiek beserta dua penggerak UKM fokus usaha slipper hingga saat ini sudah ada 27 hotel di Surabaya yang menjadi pelanggan KUB Mampu Jaya yang dikelola Atiek dan kawan-kawan.

Sebelum mendapat banyak pesanan hotel, Atiek mengawalinya hanya menerima order dari satu hotel di Surabaya.

"Namun, hotelnya sempat mengeluh karena garapan kami lama. Mereka tidak bisa order ke kami lagi kalau waktunya terlalu lama. Saya dan teman-teman mencari cara agar pembuatannya bisa cepat," Atiek menerangkan.

Akhirnya, upaya dan semangatnya untuk terus berusaha menemukan jalan. Sekali lagi, selalu ada jalan keluar bagi orang yang terus berusaha mencarinya. Dia dan kawan-kawannya kini mampu membuat slipper secara cepat dengan bantuan mesin dan kerja sama rekan-rekannya.

Hingga saat ini, KUB Mampu Jaya milik Atiek dan kawan-kawan mampu memproduksi 1.000 slipper dalam sehari. Bahkan, mereka mampu menghasilkan 1.500 slipper hanya dalam tempo 24 jam.

3 dari 3 halaman

Forum Bisnis

Cerita tentang Atiek itu terungkap dalam diskusi forum inspirasi bisnis yang digelar Sureplus.id di Surabaya. Ketua Forum Inspirasi Bisnis, Budi Suryo DA mengatakan, forum ini diperuntukkan bagi semua masyarakat tanpa terkecuali, baik yang mempunyai jiwa wirausaha ataupun yang belum agar mempunyai semangat juang dalam hidupnya untuk berbisnis.

"Pendidikan kewirausahaan ini amat penting dan menarik untuk dibahas. Karena dari forum ini, diharapkan muncul enterpreneur baru yang mampu mewarnai perekonomian Indonesia," tutur Budi.

Budi mengatakan, forum ini bertujuan memberikan bekal kepada masyarakat yang berminat menyelami dunia kewirausahaan dari para praktisi yang dihadirkan dalam acara tersebut.

"Di sini, para praktisi akan membagikan pengalaman, tips-tips, maupun suka-duka yang mereka alami selama merintis usaha yang saat ini mereka geluti. Dengan begitu, nantinya bisa menginspirasi siapa saja yang berniat atau ingin menjadi seorang enterprenur," tutur Budi.

Ia berharap, melalui diskusi inspirasi bisnis ini masyarakat memiliki ketertarikan pada dunia usaha, dan bisa mendapatkan bekal serta wawasan mengenai bagaimana cara berwirausaha agar kesuksesan bisa dicapai.

Selain Atiek, hadir pula Siti Huraira Burhanch yang merupakan pendiri sekaligus Creative Director Huraira Leather Bag, brand produk fashion spesialis tas kulit yang keberadaannya diakui di dalam dan luar negeri, serta memiliki koleksi unik, dan diakui dunia internasional.

Kemudian, narasumber berikutnya Miming Merina yang menekuni bisnis makanan minuman kemasan dan menampung produk Usaha Kecil Menengah (UKM), yang pengiriman barangnya sudah sampai ke Malaysia dan Brunai.

Tidak hanya itu, Miming juga menggeluti bidang kerajinan tangan dan karya teman-teman UKM-nya telah dipasarkan secara daring atau dalam jaringan maupun luar jaringan/luring melalui pameran.

Saksikan video pilihan berikut ini: