Sukses

Menggeliatkan Kembali Topeng Malangan di Tempat Lahir Ken Dedes

Kampung Polowijen menjadi salah satu pusat belajar Topeng Malangan di awal abad ke-20.

Liputan6.com, Malang - Gazebo berderet di Jalan Cakalang, RT 3 RW 2, Polowijen, Kota Malang, Jawa Timur. Di depannya, dinding rumah warga ditempeli anyaman bambu dengan hiasan Topeng Malangan berukuran kecil. Kampung Budaya Polowijen, begitu kampung ini biasa disebut.

Kampung Polowijen diyakini menjadi tempat lahirnya Ken Dedes. Situs Sumur Windu atau Sendang Dedes jadi bukti kuatnya. Di kampung ini pula ada makam Tjondro Suwono--populer dengan sebutan Mbah Kiai Reni--seorang penyungging dan legenda seni tari Topeng Malangan.

"Bisa disebut kampung ini dulu salah satu tempat belajar seni Topeng Malangan hingga menyebar ke berbagai pelosok Malang," ucap Isa Wahyudi, penggagas Kampung Budaya Polowijen di Malang, Senin, 30 Juli 2018.

Popularitas Kampung Polowijen sebagai tempat belajar kesenian khas Malangan dengan gurunya Mbah Kiai Reni itu terjadi pada awal abad 20. Cerita Topeng Malangan ini sendiri bersumber pada sastra lisan cerita Panji yang banyak diyakini mengacu pada masa Kerajaan Kediri.

Lambat laun, keberadaan Kampung Polowijen sebagai salah satu pusat belajar seni tari topeng itu surut. Apalagi, tak ada keturunan Mbah Kiai Reni yang aktif melestarian kesenian leluhurnya itu. Beruntung di Malang masih banyak padepokan lain yang juga mengajarkan kesenian itu.

"Karena itu kami ingin membangkitkan lagi budaya dan seni topeng di kampung ini. Sekarang sudah ada empat perajin topeng di sini," ujar Isa Wahyudi alias Ki Demang.

Kampung Budaya Polowijen sudah sejak beberapa tahun lalu rutin menggelar berbagai kegiatan seni budaya. Baik itu seni tari maupun kerajinan ukir Topeng Malangan. Sudah ada empat warga mereka yang mahir membuat topeng. Meski masih belum dijadikan pekerjaan utama.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Kampung Wisata

Tak terhitung kelompok budaya yang berkunjung ke Kampung Polowijen untuk mempelajari seni Topeng Malangan. Pada Senin, 30 Juli ini juga diresmikan Pasar Topeng di kampung itu. Pasar menampung berbagai topeng karya perajin dari berbagai pelosok Malang.

"Karena perajin di kampung ini juga kewalahan menerima pesanan, maka dibikin pasar untuk menampung karya perajin lainnya," ucap Isa Wahyudi.

Peresmian Pasar Topeng itu turut melibatkan puluhan mahasiswa asing yang sedang belajar di berbagai perguruan tinggi di Malang. Berbagi pengetahuan tentang kesenian dan membuat kerajinan Topeng Malangan.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang Ida Ayu mengatakan, Polowijen layak jadi kampung budaya karena ciri khasnya yang menonjol seperti keberadaan Situs Sumur Windu dan makam Mbah Kiai Reni.

"Secara historis kampung ini sudah memenuhi syarat itu. Tinggal bagaimana kita menggerakkan perekonomian warganya," ujar Ida Ayu di sela peresmian Pasar Topeng.

Pemerintah Kota Malang berjanji akan membantu warga untuk mengembangkan kampung mereka. Tapi harus mengusulkan berbagai kebutuhan mereka ke pemerintah. Serta tetap meyiapkan apa yang mampu disediakan oleh warga sendiri.

"Ajak juga perguruan tinggi untuk terlibat mengembangkan kampung budaya ini. Semua harus terlibat untuk menggeliatkan kampung ini," kata Ida Ayu.