Jakarta - Lima dari 16 perempuan asal Indonesia korban perdagangan manusia di Tiongkok, merupakan warga Purwakarta, Jawa Barat. Perempuan tersebut berinisial MRD (16).
Ayah MRD, Nurhidayat (53) menceritakan bagaimana putrinya terjebak dalam perdagangan manusia. Semuanya berawal dari teman MRD bernama Fifi. Dari Fifi jugalah Nurhidayat mendapat informasi perihal pekerjaan MRD.
"Saya kenal Fifi dari anak saya karena dia awalnya bekerja di Jakarta. Anak saya kan enggak bisa menerangkan, jadi saya komunikasi dengan Fifi," tutur Nurhidayat di Kementerian Luar Negeri, Senin, 30 Juli 2018, dilansir RMOl Jabar (Jawa Pos Grup).
Advertisement
Kepada Nurhidayat, Fifi berusaha meyakinkan bahwa anaknya tidak akan bekerja macam-macam. Percaya dengan penjelasan Fifi, Nurhidayat kemudian mengizinkan MRD bekerja.
"Yaa terus ke sini ke sininya aku kaget. Setelah menjelang 10 hari seminggu sebelum puasa Ramadan, anak saya nangis dari China," lanjutnya.
Baca Juga
Nurhidayat mengaku terkejut sebab anaknya yang masih 16 tahun tersebut berada di Tiongkok. Dengan statusnya di bawah umur, MRD semestinya tak bisa ke luar negeri tanpa izin orangtua.
"KTP belum punya tanpa izin orang tua dia bisa pergi ke China. Apalagi dengan alasan dia ingin dinikahkan kontrak, kan hati saya hancur. Kawin di sana kulturnya berbeda, budayanya berbeda, bahasa berbeda," ucapnya.
Berdasarkan informasi yang didapatkan, Nurhidayat mengungkapkan anaknya mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan. "Sekarang masih disekap di China," katanya.
Diketahui MRD telah berangkat ke Tiongkok pada 24 Mei 2018 lalu. "Sekarang Fifinya sudah tertangkap kebetulan. Saya apresiasi dengan Polda Jabar bisa menangkap jaringannya sekarang," ucapnya.
Baca berita menarik JawaPos.com lainnya di sini.
Saksikan video pilihan berikut ini: