Liputan6.com, Malang - Sampah ibarat dua sisi mata uang. Jika tak ditangani dengan baik pastinya menimbulkan masalah. Di sisi lain, bisa menjadi berkah kalau dikelola dan dimanfaatkan dengan tepat. Bank sampah adalah salah satu sisi pemanfaatan itu.
Sulaiman Sulang, staf hubungan masyarakat (humas) SMK Negeri 6 Kota Malang, Jawa Timur, turut menikmati manfaat itu. Ia mengumpulkan sampah plastik dan kertas di lingkungan sekolah maupun di rumahnya. Disetor ke bank sampah yang dikelola oleh pihak sekolah.
"Uang hasil tabungan sampah itu yang bisa untuk daftar dan membiayai kuliah di pascasarjana," ucap Sulaiman di Malang, Jumat, 3 Agustus 2018.
Advertisement
Baca Juga
Ia lulusan jurusan Sasta Inggris sebuah perguruan tinggi di Malang. Jadi guru tidak tetap yang sempat mengajar Bahasa Inggris pada 2011. Saat SMKN 6 menerima guru hasil seleksi pegawai negeri 2014, ia harus berhenti mengajar.
Ia diperbantukan di bidang humas serta wawasan lingkungan untuk siswa dengan gaji sebesar Rp 1,5 juta. Duit yang sekadar cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Saat sekolah mendirikan bank sampah pada 2016, ia dipercaya sebagai salah satu penanggung jawabnya.
"Saat itu ya hanya membantu mengurus bank sampah dan membimbing siswa tentang lingkungan yang bersih," ujar pria kelahiran Flores, Nusa Tenggara Timur ini.
Satu tahun kemudian, ia mulai aktif sebagai nasabah bank sampah. Mencari sampah kertas dan botol plastik di lingkungan sekolah dan rumahnya. Disetor sebagai tabungan ke bank sampah sekolah. Hasilnya, duit paling sedikit Rp 1,2 juta tiap bulan ada di tabungannya.
"Uang yang terkumpul itu saya pakai daftar kuliah tahun ini, sudah lebih dari cukup untuk bayar SPP," tutur Sulaiman yang mengambil magister Ilmu Administrasi Publik di sebuah perguruan tinggi swasta di Malang.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Mimpi Sekolah Tinggi
Tak semua siswa, guru dan staf di SMKN 6 Kota Malang mau memungut sampah di lingkungan sekolah dan menyetorkannya ke bank sampah sekolah. Sulaiman melakukannya usai aktivitas belajar dan mengajar selesai.
"Tiap hari bisa satu sampai dua kardus sampah yang saya dapat di lingkungan sekolah," ucap Sulaiman.
Selain di sekolah, ia menerima sampah kertas dan plastik dari tetangga rumah di wilayah Sukun. Ia beli dengan selisih harga yang lebih rendah dari harga beli dari bank sampah. Kemudian disetor ke bank sampah di sekolah sebagai tabungannya.
"Kalau tidak begitu ya impian saya untuk kuliah lagi tentu tak bisa terwujud," kata Sulaiman.
Bank sampah di sekolah itu paling sedikit menerima setoran sampah sebanyak 1 kuintal tiap hari. Padahal, belum semua siswa, guru dan staf jadi nasabah di bank sampah itu. Sulaiman ingin membuktikan, terutama ke para siswa bahwa limbah itu bisa sangat bermanfaat.
"Kalau nanti lulus kuliah pascasarjana, saya ingin melanjutkan lebih tinggi lagi dengan uang hasil menabung bank sampah ini," ujarnya.
Tujuannya, ingin menjadi contoh langsung ke para siswa bahwa sampah tak harus dipandang sebelah mata. Sekaligus turut andil mengurangi masalah lingkungan.
Advertisement