Sukses

Ada Tim Pemburu Hewan Kurban di Garut, Apa Tugasnya?

Pemda menerjunkan tim khusus (Timsus) pemburu hewan kurban berpenyakit untuk idul adha 1439 Hijriah tahun ini.

Liputan6.com, Garut - Untuk mengawasi beredarnya hewan kurban berpenyakit, pemerintah Garut, Jawa Barat menerjunkan tim khusus (timsus) yang bertugas memantau sekaligus memburu hewan kurban berpenyakit yang dikhawatirkan beredar di masyarakat saat Idul Adha, 22 Agustus 2018. 

Menurut Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Garut, Indriana Sumarto, tim khusus itu juga bertugas mengecek fisik hingga usia hewan kurban. Tim yang beranggotakan ratusan petugas gabungan akan disebar di 42 kecamatan.

"Mencari dan melihat hewan kurban ke beberapa sentra hewan kurban, termasuk mengecek hewan yang baru masuk dari luar daerah," kata Indriana.

Tim ini juga bertugas mengedukasi masyarakat dan membimbing secara teknis kepada pengurus masjid. Edukasi dan pendampingan seputar tata cara penyembelihan yang baik agar daging hewan terjaga kesehatannya. 

"Jika ragu, belilah hewan kurban yang kesehatannya telah diperiksa tim yang ditandai dengan kalung sehat," kata dia. 

Selain mengawasi dan memeriksa kesehatan hewan kurban secara gratis, petugas juga menyiapkan seribu kalung sehat yang akan dipasangkan pada hewan kurban. Hewan kurban yang akan dipasangi kalung sehat itu, hanya hewan yang telah dijamin kesehatannya setelah melalui proses pemeriksaan.

"Tidak semua, hanya yang lolos saja (yang dipasangi) baik sapi, domba maupun kambing yang dinyatakan sehat," kata Indriana.

Ditambahkan, tahun ini stok hewan kurban mencapai 9.848 ekor, perinciannya sekitar 5.928 sapi, 3.800 domba, 100 kambing dan 20 kerbau. Angka itu naik jika dibandingkan stok tahun lalu sebanyak 7.914 ekor hewan ternak. Angka itu tersebar di 172 titik penjualan hewan di 42 kecamatan yang ada di Garut.

 Simak video pilihan berikut di bawah :

2 dari 3 halaman

Sapi Sepi Pembeli

Sementara itu, pantauan Liputan6.com menunjukkan bahwa penjualan hewan kurban dua pekan lebih menjelang idul adha 1439 Hijriah di Garut masih sepi. Padahal, Pemda Garut menargetkan penjualan naik hingga 30 persen dibanding tahun lalu.

"Daya beli masyarakat tidak turun, tapi memang harga sapi tahun ini lumayan tinggi," kata Yaya, salah satu pengusaha sapi PD Nabawi.

Harga pembelian sapi dari petani tahun ini rata-rata naik sekitar Rp 1 juta dibanding tahun lalu pada periode yang sama. Kondisi itu diperburuk dengan sulitnya pakan ternak, akibat musim kemarau.

"Kami kadang menyiasatinya dengan diskon atau potongan harga," kata Yaya.

Rata-rata satu ekor sapi yang sudah memenuhi syarat kurban, dihargai Rp 20,5 juta ke atas. Harga itu bahkan bisa lebih tinggi jika mendekati hari H Idul Adha. Sementara harga sapi dibawah Rp 20 juta, terbilang sulit dengan kondisi sapi yang kecil.

Sementara harga sapi dengan kondisi harga normal, berada dikisaran Rp 20,5 juta ke atas. Jika tahun lalu satu orang bisa iuran Rp 3 juta untuk satu ekor sapi, tahun ini mungkin sekitar Rp 3,2 sampai 3,5 juta per orang.

Dengan kondisi itu, Yaya yang mengaku hanya melayani pembelian jenis sapi brahma, metal dan ramon itu, hanya menargetkan penjualan sekitar 50 ekor sapi, turun dibanding tahun lalu yang bisa menjual hingga 65 ekor.

 

 

3 dari 3 halaman

Target Naik

Tidak hanya sapi, kondisi serupa dialami pedagang hewan kurban jenis domba. Harga komoditas unggulan ternak Garut ini rata-rata naik Rp 200-300 ribu per ekor. Kondisi ini mengakibatkan angka penjualan pun ikut menukik dibanding tahun lalu pada periode yang sama.

"Tahun lalu sepekan pertama sudah bisa menjual 20 ekor, sekarang baru lima ekor," kata Yaya.

Dinas Peternakan dan Perikanan sendiri menargetkan peningkatan penjualan hewan kurban. Indriana menyebut angka 30 persen kenaikannya dibanding tahun lalu. Angka itu didukung kuatnya stabilitas daya beli masyarakat saat ini.

"Kita sudah buat tim khusus, nanti dicek juga ke lokasi sumber," kata Indriana.

Saat ini pasokan hewan kurban terutama sapi masih dipasok dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, sedangkan pasokan sapi Bali tidak masuk. Selain daging yang dihasilkan lebih banyak, juga jumlah warga yang ikut berpasrtisipasi dalam ritual ibadah potong hewan kurban, lebih banyak.Â