Sukses

Pesan Keberagaman dari Origami Jalanan di Malang Karya Seniman Prancis

Kampung Biru Arema Malang dipilih Mademoiselle Maurice untuk membuat origami berbahan logam metal.

Liputan6.com, Malang - Tetabuhan nyaring terdengar di dalam Kampung Biru Arema, Malang, Jawa Timur. Warga memenuhi jalanan nan sempit di kampung itu. Mereka menyambut Mademoiselle Maurice, seniman origami jalanan asal Prancis.

Riuh sambutan itu bentuk apresiasi warga terhadap seniman perempuan yang kini menetap di Marseille, Prancis tersebut. Mademoiselle Maurice baru saja menyelesaikan karyanya, menorehkan origami berbahan logam metal di satu sudut Kampung Biru Arema, Malang.

"Selamat sore dan terima kasih semuanya," kata Mademoiselle Maurice dalam bahasa Indonesia di Malang, Kamis, 9 Agustus 2018.

Ia membaur bersama para penabuh perkusi dan larut bergoyang. Maurice menyelesaikan karyanya di Kampung Biru Arema selama 8–9 Agustus ini. Origami berbahan logam metal beraneka warna ini ditorehkan di dinding beton di salah satu pintu masuk kampung.

Seniman origami jalanan ini sudah menorehkan karyanya ke berbagai negara. Beragam ukuran origami ditorehkan di sejumlah lokasi, seperti rumah, gedung, maupun area publik. Bahan yang digunakan mulai kertas untuk nonpermanen dan logam hingga bahan daur ulang untuk karya permanen.

"Di Kampung Biru ini berbahan logam metal supaya bisa lebih tahan lama. Apalagi dinding untuk origami itu terbuat dari beton," kata Maurice yang diterjemahkan oleh Pramenda Krishna.

Tak mudah bagi Maurice untuk membuat origami berbahan logam metal di Kampung Biru Arema, Malang. Di negara asalnya, ada mesin potong manual yang memudahkannya membentuk logam. Di Malang, ia harus mengerjakan dengan peralatan yang lebih sederhana.

2 dari 2 halaman

Warna dan Keberagaman

Origami jalanan dengan aneka warna jadi ciri khas Mademoiselle Maurice dalam berkarya. Secara filosofis, karyanya mengangkat tema tentang kemanusiaan dan juga alam. Seruan tentang menjaga lingkungan dan persaudaraan terhadap sesama.

"Alam menyediakan apa yang dibutuhkan manusia untuk tumbuh dan hidup bersama–sama," kata Maurice.

Kota yang penuh bangunan dan polusi tampak menyedihkan. Membuat warganya lupa dengan nilai kemanusiaan terhadap sesama. Origami jalanan dengan pewarnaan layaknya pelangi jadi upaya membawa nuansa alam ke perkotaan. Mengingatkan tentang pentingnya keberagaman.

"Beruntungnya kampung di sini masih penuh warna. Kita harus hidup bersama–sama dengan segala perbedaan," ujar Maurice.

Origami sendiri sebuah karya yang dikerjakan secara manual. Seni ini didedikasikan pada pekerjaan sejenis, yang dikerjakan secara telaten dan berulang–ulang. Jenis pekerjaan ini adalah dasar dari semua pekerjaan di era moderen saat ini.

"Saya hanya ingin menyampaikan bahwa seni adalah sebuah kekayaan yang bisa mengambil dari keunikan dan keragaman budaya," ucap Maurice.

Ia berkarya di Malang atas undangan Institut Prancis di Indonesia (IFI). Sebelum di Malang, ia lebih dulu menorehkan karyanya di Bandung, Jakarta, dan Bali. Setelah di Indonesia, rencananya Maurice membuat instalasi raksasa di Jerman, Swedia, Swiss, dan Kanada pada 2019 mendatang.