Liputan6.com, Mataram - Seorang perempuan paruh baya tengah berbincang dengan lawan bicaranya menggunakan telepon seluler, dengan suara tersekat-sekat dia mengabarkan kepanikannya akan terjadi gempa susulan di Lombok.
Tepatnya di Bandara Internasional Lombok, Nusa Tenggara Barat seusai gempa susulan yang berkekuatan 6,2 Skala Richter (SR) pada Kamis siang, 9 Agustus 2018, setelah sebelumnya dilanda gempa berkekuatan 7 SR.
"Kakak bagaimana kabar rumah kita, amankah. Mungkin sesampai di rumah saya tidur di luar saja yah. Pas turun dari pesawat saya dengar katanya ada gempa lagi 6,2 SR," kata perempuan itu, dilansir Antara.
Advertisement
Baca Juga
Perempuan paruh baya itu potret dari warga Pulau Lombok setelah kejadian gempa 7 SR. Lain lagi dengan sopir bus Damri, Yudi Kurniawan yang melayani bandara ke Kota Mataram, dirinya bersama keluarganya tinggal di tenda pengungsian.
Rumah Yudi Kurniawan saat ini sudah tidak bisa dihuni lagi karena rumahnya sudah roboh. "Mula-mula pada gempa kekuatan 7 SR pada Minggu (5/8/2018) bagian dapur yang roboh. Pas gempa 6,2 SR, bagian depannya turut roboh juga," katanya.
Ia mengaku trauma setiap hari terus terjadi gempa, ditambah dengan gempa terbaru berkekuatan 6,2 SR. "Pas gempa susulan itu, saya tengah mengendarai bus Damri. Guncangan gempa terasa, kencang sekali seperti diguncang-guncang," ucapnya.
"Sampai kapan ya gempa ini berakhir. Dikira akan menurun, tapi ini terus terjadi dengan kekuatan yang masih kuat," katanya lagi.
Bak Kota Mati
Suasana lengang sontak terjadi di mana-mana pasca-gempa susulan berkekuatan 6,2 Skala Richter (SR) menggoncang Lombok. Termasuk di antaranya di Jalan Swita dan Jalan Cakranegara serta kawasan kuliner di Jalan Maktal.
Toko-toko makanan di sepanjang Jalan Maktal telah menutup tokonya setelah kejadian gempa berturut-turut sehingga mirip kota mati. Hanya sesekali kendaraan yang melintas ruas jalan tersebut.
"Toko langsung tutup setelah gempa susulan 6,2 SR," kata warga di Jalan Maktal, Ketut.
Para pemilik toko dan karyawan rata-rata masih trauma akan terjadinya gempa lebih besar lagi. Ia mengatakan para pemilik memilih menutup toko lebih awal dari biasanya.
Bahkan, hotel-hotel menutup usahanya. Jika hotel itu lantai dua, yang dibuka hanya lantai satu saja. "Lantai dua boleh saja, asal tamu berani," kata Hendra, petugas keamanan salah satu hotel.
Sementara itu, banyak warga yang mendirikan tenda-tenda darurat di depan rumahnya karena takut akan terjadi gempa pada malam harinya.
Analisa Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pusat gempa bumi susulan tersebut terjadi pada koordinat 8.36 lintang selatan, 116.22 bujur timur. Tepatnya, 6 kilometer barat laut Kabupaten Lombok Utara, NTB, dengan kedalaman 12 kilometer.
Hingga siang ini, 455 kali gempa susulan terjadi di pulau itu sejakn goncangan 7 SR terjadi pada Minggu, 5 Agustus 2018.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement