Sukses

Kisah Jelang Pernikahan Perempuan Bone dengan Hantaran Tembus Rp 1 Miliar

Salah satu yang masuk dalam hantaran bagi pengantin wanita, atau warga Bone menyebutnya panai, adalah rumah tipe 54.

Bone - Senyum Andi Sulpaidah terkembang, seorang perempuan Bone. Pipinya merah merona dalam balutan jilbab merah muda. Berpakaian adat Bugis, ia duduk manis di atas kasur dengan warna nada serupa.

Senyum di bibirnya selalu tersungging di hadapan kamera. Latar dedaunan semakin menegaskan perasaannya yang ikut berbunga-bunga.

Rumah panggungnya riuh-rendah suara para kerabat dan keluarga. Aneka ragam makanan ringan disiapkan di ruang tamu. Itu untuk tamu agung yang sedang mereka tunggu-tunggu.

Tamu agung itu akan menjadi kuncup kehidupan baru keluarga Sulpaidah. Gadis berusia 36 tahun itu resmi dipersunting Muhammad Alwi Dg Makkelo (66), seorang pengembang di bawah bendera PT Harfana Halim Indah.

Prosesi lamaran atau yang lebih dikenal masyarakat Bugis sebagai mappaenre doi telah berlangsung di rumahnya, Rabu, 8 Agustus 2018. Calon mempelai pria tak ikut beserta rombongan itu.

Absennya calon pengantin pria itu lunas berbalas macam-macam panaik (hantaran) yang dititipkan melalui rombongan yang menjadi utusan. Barang-barang mewah berjejer dan berkilau di atas meja.

Kelak, barang-barang itulah yang membuat heboh seisi desa hingga jagat maya. Segepok uang tunai bernilai Rp 200 juta terbungkus rapi di dalam plastik. Seperangkat perhiasan emas dengan berat mencapai 100 gram. Salah satunya, kalung emas, tergantung manis di sebuah manekin kecil.

Sertifikat satu unit rumah dan bukti surat kendaraan bermotor mobil mewah Honda HRV juga dibingkai lekat-lekat dalam pigura foto. Hitung-hitungannya kasarnya, angkanya mencapai Rp 1,3 miliar.

Tak ketinggalan, barang bukti utama berupa mobil Honda HRV mewah sudah terparkir manis di depan rumah keluarga Sulpaidah.

Mobil hitam berhiaskan pita itu sempat menarik perhatian warga. Beberapa orang malah menyempatkan berfoto di depan mobil tersebut.

Andi Paelori, Kepala Desa Tanete Harapan, Kecamatan Cina, Kabupaten Bone, menilai angka hantaran itu cukup masuk akal. Sebab, rumah pemberian mempelai laki-laki itu disebut-sebut merupakan tipe 54. Rumah dengan tipe semacam itu berada pada kisaran harga Rp 800 juta per unit.

"Iya, panaiknya dihitung-hitung bisa tembus sampai Rp 1 miliar. Kalau untuk mahar, katanya, cuma rumah itu," ungkap Paelori dikutip dari Fajar, Sabtu (11/8/2018).

Baca berita menarik JawaPos.com lainnya di sini.

 

2 dari 2 halaman

Jadi Kebanggaan Sedesa

Paelori menjadi salah satu saksi hidup yang menghadiri acara Kebugisan mappaenre doi itu. Tugasnya sebagai kepala desa (kades) memaksanya untuk menyimak perhelatan suci itu. 

Apalagi, ia juga mendapatkan undangan untuk hadir di sela-sela warga desanya yang berbahagia. Kendati demikian, ia tak begitu kaget dengan jumlah panaik yang memecahkan rekor desanya hingga Kecamatan Cina.

Hal semacam itu sudah biasa bagi warga keturunan Bugis. Pernikahan dengan embel-embel uang panaik menjadi barang familiar di lingkungan masyarakat Bugis.

"Selama laki-lakinya sanggup, ya tidak ada masalah. Kami malah bangga kalau ada warga yang dinilai setinggi itu. Artinya, desa kami semakin dikenal dan menjadi pilihan terbaik," imbuh lelaki berusia 51 tahun ini.

Bagaimana tidak, calon suami Sulpaidah merupakan pemilik pengembang real estate ternama PT Harfana Halim Indah. Perusahaan pengembang itu memiliki banyak perumahan yang tersebar di sejumlah provinsi.

Tercatat, ada enam perumahan BTN yang berada di bawah naungan PT Harfana Halim Indah. Belum lagi perumahan lainnya.

Dalam catatan surat pengantar yang diajukan di kantor desa, Alwi merupakan duda beranak tiga. Anak tertuanya, Harfana (27), kini mengelola perusahaan perumahan itu.

Lelaki kelahiran Mallari 1952 itu telah ditinggal mati istrinya karena sakit, Mei lalu. Meski terpaut usia hingga 30 tahun, perempuan yang biasa disapa Andi Ela itu tak ingin mempersoalkannya.

Saksikan video pilihan berikut ini: