Liputan6.com, Jayapura - Seorang anak berusia 9 tahun di Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua, bernama Agustina Logo disebut meninggal dunia setelah disuntik vaksin campak dan rubela (vaksin MR) di Wamena, Selasa siang, 14 Agustus 2018. Kasus itu menarik perhatian berbagai pihak.
Anak perempuan yang merupakan siswa Kelas III di SD Umpakalo itu dikabarkan sempat pingsan setelah disuntik vaksin MR oleh petugas medis di Wamena tersebut. Saat itu, petugas medis tidak hanya menyuntikkan vaksin MR kepada Agustina, tetapi juga lima siswa lainnya.
Agustina merupakan siswa keenam yang disuntik vaksin campak dan rubela di sekolahnya itu. Sesaat setelah disuntik, Agustina pingsan sehingga dilarikan ke RSUD Wamena. Dalam perjalanan, anak itu diketahui sudah meninggal dunia.
Advertisement
Baca Juga
Sementara itu, lima siswa lainnya yang sebelumnya disuntik vaksin MR bersama-sama Agustina dilaporkan dalam keadaan baik. Dinas Kesehatan Provinsi Papua dan Dinkes Kabupaten Jayawijaya saat ini masih mencari tahu penyebab kematian Agustina Logo itu.
Seorang dari beberapa guru yang mengantar Agustina ke RSUD Wamena mengatakan bahwa anak tersebut memang pernah pingsan saat di sekolah. "Sering pingsan. Itu sudah lama," kata seorang guru di RSUD Wamena, dilansir Antara, Kamis (16/8/2018).
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, drg Aloysius Giay menyatakan rasa dukacita yang besar kepada keluarga Agustina atas kejadian tersebut.
"Kami semua sudah bertemu langsung dengan pihak keluarga dan kami menyampaikan duka dan belasungkawa yang sedalam-dalamnya. Tentu kami memberikan perhatian yang sangat serius terhadap kejadian ini. Dan akan ada investigasi untuk mencari tahu penyebabnya," kata Aloysius di Jayapura.
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Lebih 100 Ribu Anak Papua Diimunisasi
Kampanye imunisasi campak, rubela, dan polio telah berjalan sejak 1 Agustus lalu di seluruh Provinsi Papua, termasuk Kabupaten Jayawijaya. Hingga kini, tercatat 133.025 dari 923.413 anak di seluruh Papua telah mendapatkan imunisasi tersebut, yakni 5.985 di antaranya merupakan anak-anak di Jayawijaya.
Hal itu sejalan dengan komitmen Papua untuk mencapai 100 persen cakupan imunisasi selama masa kampanye tersebut, yaitu Agustus dan September 2018. Atas kasus yang menimpa Agustina Logo, banyak pihak memberikan perhatian serius.
Dalam waktu kurang dari 24 jam, Dinas Kesehatan Kabupaten Jayawijaya telah mengirimkan laporan tertulis kepada Komisi Daerah Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KOMDA KIPI) Provinsi Papua.
Beberapa organisasi pun turut menyertai kedatangan Dinas Kesehatan Provinsi Papua di Wamena, yaitu Dewan Adat Papua yang diwakili oleh Ketua 1 dan Ketua Wilayah Lapago, serta UNICEF. Rombongan bertemu langsung dengan pihak keluarga untuk menyampaikan rasa dukacita mendalam.
"Dalam kejadian ini, jangan kita serta merta mengaitkan kejadian ini dengan imunisasi. Banyak hal yang bisa memengaruhi keadaan fisik anak, misalnya imunitas tubuhnya atau seberapa sehat si anak," ujar Aloysius.
Berdasarkan hasil pertemuan Rabu, 15 Agustus 2018, antara Dinas Kesehatan Kabupaten Jayawijaya dan Puskesmas Kurulu, diketahui bahwa tujuh anak lain yang mendapatkan imunisasi dari vial atau botol yang sama dengan Agustina berada dalam kondisi baik.
"Oleh karena itu, saya mengajak kita semua untuk tetap tenang dan mempercayakan penyelidikan kejadian ini kepada KOMDA KIPI. KOMDA KIPI akan memberikan hasil penyelidikannya dalam waktu secepat-cepatnya," kata Aloysius.
Pada 2017, dalam pelaksanaan Kampanye Imunisasi Campak dan Rubella Fase I di seluruh provinsi di Pulau Jawa, 35 juta anak telah mendapatkan imunisasi tersebut. Saat ini, lebih dari 130Â ribu anak Papua, dari target sekitar 1 juta anak, sudah diimunisasi.
"Saya sampaikan bagi kita semua bahwa vaksin ini aman. Demi melindungi anak-anak dan masa depan Papua, saya minta semua pihak untuk mendukung agar imunisasi campak, rubela, dan polio ini tetap dilanjutkan," ujarnya.
Advertisement
Anak Papua Rentan
Menurut Aloysius, pihaknya telah berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk Dinas Kesehatan Kabupaten Jayawijaya dan puskesmas, tokoh adat, tokoh agama, serta Kepala Kepolisian Resor Jayawijaya untuk memastikan anak-anak Papua memperoleh haknya atas imunisasi.
Ketua I Dewan Adat Papua, Weynand Watory menegaskan, imunisasi ini merupakan satu-satunya cara untuk melindungi anak-anak dan masa depan Papua dari penyakit campak, rubela, dan polio.
"Kita semua tentu merasakan duka yang sangat dalam dengan kejadian yang menimpa Anak Agustina. Saya mengajak kita masyarakat Papua untuk tetap tenang dan menunggu hasil investigasi," kata Weynand.
Menurut dia, masyarakat juga harus ingat bahwa imunisasi inilah yang dapat melindungi anak dari campak, rubela, dan polio. Tiga penyakit ini sangat mengancam bagi generasi masa depan Papua, karena menyebabkan kecacatan bahkan kematian.
"Kita tidak mau KLB di Asmat beberapa waktu lalu terulang kembali dan merenggut kehidupan anak-anak kita," ujarnya.
Kasus campak yang merenggut nyawa anak-anak Papua sempat terjadi di beberapa tempat, seperti 66 kasus di Asmat, 38 kasus di Nduga, 40 kasus di Deiyai, tiga kasus di Pegunungan Bintang, tiga kasus di Boven Digoel, dan satu kasus di Merauke.
Adapun, kasus rubela dari sampel yang diambil di Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Keerom, Biak Numfor, dan Kabupaten Mimika mencapai angka sembilan kasus berdasarkan hasil laboratorium di Surabaya menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua pada 2017.
Hampir seluruh kabupaten di Provinsi Papua dinyatakan sebagai daerah yang rentan risiko dan atau sangat rentan risiko ketiga penyakit itu karena faktor akses yang terbatas.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Aaron Rumainum mengatakan penyakit rubela terkadang tidak menunjukkan tanda-tanda signifikan atau jelas pada anak.
Akan tetapi, kata dia, jika dicegah sejak dini, dapat menghindarkan anak dari kebutaan, kepala kecil, katarak hingga gangguan pendengaran. Sementara untuk campak, jika tidak dicegah sejak awal, dapat menyebabkan anak terkena radang paru, radang otak, kebutaan hingga gizi buruk.
Kasus polio yang menyebabkan lumpuh layuh bahkan kematian juga telah terjadi dalam tahun ini di negara tetangga Papua New Guinea. Sebagai akibatnya, seluruh wilayah Provinsi Papua sangat rentan terhadap penularan virus ini.
Saksikan video pilihan berikut ini: