Sukses

Hikayat Stefanus Sang Bidan Babi

Stefanus mendirikan posyandu untuk hewan babi berfungsi untuk mengetahui berat badan dan mengontrol kesehatan babi.

Liputan6.com, Kupang - Kebahagiaan hidup bukan saat Anda mampu menggapai puncak karir atau memiliki penghasilan besar, tetapi di saat kita membahagiakan orang lain dengan caramu sendiri. Begitulah prinsip hidup Stefanus Bulu Laka, seorang guru SMP di Desa Kabalidana, Kecamatan Wewewa Barat, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Sejatinya, profesinya guru PNS. Tapi Stefanus juga menggeluti usaha ternak babi di rumahnya. Untuk membantu warga desa, Stefanus mendirikan posyandu untuk hewan babi. Posyandu itu dilakukan untuk mengetahui berat badan babi, setelah mengkonsumsi pakan ternak yang diproduksi perusahaan Malindo.

"Posyandu babi, saya akan keliling ke peternak babi di daerah itu dengan membawa timbangan," kata Stefanus kepada Liputan6.com, Rabu, 15 Agustus 2018. 

Posyandu itu berguna mengecek bertambahnya berat badan babi setiap hari setelah diberi pakan tersebut. Dari hasil pakan babi itu, diketahui berat babi di masyarakat bertambah 500 gram per hari.

"Kalau babi milik saya bertanya bertambah 700 gram per hari," katanya.

Dengan adanya posyandu babi yang didirikannya, maka Stefanus dijuluki sebagai bidan babi di daerah itu. Saat posyandu, Stefanus juga bisa memberikan suntikan vitamin ke babi serta mengkebiri babi.

Hal itu dilakukan Stefanus untuk meningkatkan pendapatan peternak babi di daerah itu guna peningkatan kesejahteraan masyarakat.

"Setelah diberi pakan ternak babi, maka harga jual babi meningkat 10-20 kali lipat. Saya pernah menjual babi dengan harga Rp 12 juta per ekor. Saat itu untuk biaya anak sekolah," kata Stefanus.

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

Simak video menarik pilihan berikut di bawah:

2 dari 2 halaman

Arisan

Selain Posyandu, Stefanus juga membuat delapan kelompok arisan pakan ternak babi. Ini untuk menyiasati rendahnya daya beli peternak babi. 

"Per kelompok arisan sebanyak lima orang. Awalnya arisan hanya 1-2 kg per minggu. Sekarang sudah capai 5 kg per minggunya," kata dia.

Permintaan pakan ternak babi di SBD sangat tinggi. Saat ini kebutuhan pakan ternak babi mencapai 2 ton per tahun.

"Kendala distribusi pakan lambat dari agen, sehingga peternak kadang kecewa," katanya.

Pengakuan serupa disampaikan Albertina Leda Kadi dan Yohana Dadabulu, peternak babi lainnya yang mengaku penggemukan babi sangat bagus, setelah menggunakan pakan babi.

"Sebelumnya kami hanya beri makan pa'u (Dedak padi), namun harga jual kecil. Saat beralih pakan harga jualnya tinggi," kata Yohana.

Populasi ternak babi di NTT pada 2017 mencapai 2.043.446 ekor, paling banyak di Kabupaten Kupang sebanyak 404.837 dan Kota Kupang 31.638 ekor.