Sukses

Ceramah Idul Adha di Pekanbaru, UAS Tekankan Pentingnya Silaturahmi dengan Nonmuslim

Saat di Pekanbaru, Ustaz Abdul Somad sempat menolak tawaran menyembelih hewan kurban. Apa alasannya?

Liputan6.com, Pekanbaru - Jemaah salat Idul Adha di Masjid Raudhatus Shalihin di Jalan Bukitbarisan, Kecamatan Tenayanraya, Kota Pekanbaru, membeludak hingga ke pinggir jalan. Kehadiran Ustaz Abdul Somad (UAS) sebagai khatib menjadi penyebab masyarakat antusias datang ke masjid paripurna di wilayah itu.

Dalam materi khotbahnya, pria dengan nama tenar UAS itu menyampaikan beberapa pelajaran yang bisa diambil dari Idul Adha. Di antaranya menghargai perbedaan yang selalu terjadi di kalangan muslim, terutama hari jatuhnya Idul Adha.

Dia menyampaikan, pada tahun terjadi perbedaan Idul Adha di Indonesia dengan Mekkah dan beberapa negara Arab lainnya. Bahkan, di Indonesia sudah ada yang melaksanakan salat pada Selasa, 21 Agustus 2018.

Menurutnya, perbedaan ini tak perlu dibesar-besarkan, apalagi menjadi perdebatan. Ia berpendapat orang yang membuat perbedaan ini menjadi perdebatan merupakan orang yang gagap informasi.

"Perbedaan itu sudah terjadi sejak dulu. Dari perbedaan ini mari kita bersepakat mengagungkan Allah karena perselisihan waktu tidak harus membuat perpecahan," kata UAS.

Dari Idul Adha, lanjut UAS, kaum muslim bisa mengambil pentingnya silaturahmi dengan orang yang beda keyakinan, termasuk memberikan hadiah kepada nonmuslim.

UAS mencontohkan Ibrahim yang tidak patuh kepada ayahnya karena orangtuanya itu menyembah berhala. Tidak patuh di sini dalam hal berkeyakinan karena bertentangan dengan hati.

Hanya saja, Ibrahim tetap berhubungan baik dengan ayahnya tanpa memutus tali keluarga.

"Anak tidak selamanya bersandar pada ayah. Selagi ayah baik, hormati Ia. Namun jika menyekutukan Allah, kafir sekalipun tetap berkata baik kepada orangtuamu," terang UAS.

Dari kejadian Ibrahim ini, UAS menyatakan umat Islam wajib sambung silaturrahmi dengan orangtuanya meskipun beda keyakinan. Begitu juga dengan memberikan sesuatu kepada penganut agama lain.

"Artinya, boleh memberikan daging kurban kepada nonmuslim dan boleh untuk menyambung tali silaturahmi," kata UAS.

 

 

2 dari 2 halaman

Tolak Sembelih Hewan Kurban

Dari Ibrahim juga dapat diambil pelajaran pentingnya pendidikan bagi anak sebagai generasi penerus. Ibrahim sangat memperhatikan pendidikan Ismail agar tak gagap menghadapi zaman karena menjadi penerus ajarannya.

"Karena ini akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Masukkan anak kita ke pesantren. Tak ada gunanya mereka kaya jika kita sakaratul maut tidak bisa menuntun kita bacakan kalimat Allah," kata UAS.

Terkait sakaratul maut ini, UAS menyebut kaum muslim bisa menyaksikan penyembelihan hewan kurban. Apa yang dialami hewan kurban, akan menimpa manusia juga, cuma caranya yang berbeda (kurban disembelih).

Hanya saja, hewan mati tidak ada urusan lagi di akhirat. Beda dengan manusia yang masih banyak jalan harus ditempuh usai ajal menjemput.

"Hewan mati selesai urusan. Makanya perlu saksikan penyembelihan hewan, bagaimana sakaratul mautnya. Ajak anak dan istri," kata UAS.

Usai berkhotbah, UAS menyaksikan penyembelihan hewan kurban di masjid ini. UAS sempat diminta panitia untuk menyembelih tapi ditolaknya karena mengaku tak pandai melakukan hal tersebut.

"Saya tak pandai menyembelih," katanya.

Saksikan video pilihan berikut ini: