Sukses

Spekulasi di Balik Jatuhnya Harga Udang Rebon di Cilacap

Usai ubur-ubur hanya dihargai Rp 600 per kilogram, udang rebon pun jatuh di kisaran harga Rp 8.000 – Rp 10 ribu per kilogram.

Liputan6.com, Cilacap - Beda dengan petani yang mengalami paceklik panjang pada musim kamarau, nelayan Cilacap, Jawa Tengah justru tengah panen raya. Hasil tangkapan meliputi berbagai jenis ikan, ubur-ubur hingga udang rebon.

Sayangnya, tren harga pada musim panen raya tangkapan nelayan selalu jatuh. Usai ubur-ubur hanya dihargai Rp 600 per kilogram, udang rebon pun jatuh di kisaran harga Rp 8.000 hingga Rp 10 ribu per kilogram.

Jangan salah, harga udang rebon Rp 8.000 itu bukan rebon kecil yang oleh masyarakat lokal biasa digunakan sebagai bahan baku terasi rebon. Harga serendah itu adalah harga udang rebon Badak atau besar. 

Harga udang rebon ukuran sedang atau Demere dan kecil atau Ampas lebih mengenaskan lagi. Rebon Demere hanya Rp 5.000, adapun rebon Ampas hanya Rp 3.000 per kilogram. 

Imbasnya, ribuan nelayan di Cilacap, Jawa Tengah pun sempat mogok melaut pada Kamis, 23 Agustus 2018. Mereka meminta dipertemukan dengan pengusaha atau pengepul udang rebon.

Para nelayan menduga, harga udang rebon jatuh lantaran masuknya udang dari luar daerah. Salah satunya, Pangandaran. Sama seperti di Cilacap, nelayan Pangandaran pun tengah panen raya.

Ada pula spekulasi yang beredar bahwa jatuhnya harga udang rebon disebabkan oleh pengusaha asal Tiongkok. Isu yang beredar di kalangan nelayan, masuknya pengusaha Tiongkok menyebabkan harga udang rebon jatuh.

Akan tetapi, spekulasi ini dibantah oleh ketua koperasi yang menaungi nelayan, KUD Mino Saroyo, Untung Jayanto. Menurut dia, udang rebon dari luar daerah yang masuk ke Cilacap tak menyebabkan harga jatuh.

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini

saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Permainan Tengkulak

Ia menyebut, penurunan harga disebabkan oleh permainan pengepul atau tengkulak yang menyuplai ke pengusaha pengeringan rebon atau eksportir. Mereka membeli udang rebon nelayan di bawah harga pasar.

"Kemarin memang ada sedikit permainan dari pengepul atau pemilik lapak. Makanya, kemarin kan nelayan sempat ada sehari tidak melaut, hari kemarin," ucapnya, Jumat, 24 Agustus 2018.

Karenanya, KUD Mino Saroyo mempertemukan nelayan dengan eksportir dan pengusaha pengeringan udang ove., Diperoleh kesepakatan, harga rebon besar minimal Rp 30 ribu, harga udang sedang Rp 15 ribu, dan udang rebon kecil Rp 6.000,- per kilogram.

"Langsung nelayan kami pertemukan dengan pengusaha udang rebon yang oven. Yang investornya dari China. Alhamdulillah, kemarin ada kesepakatan harga terendah, yang besar itu Rp 30 ribu, yang sedang atau Demere Rp 15 ribu," dia menjelaskan kepada Liputan6.com.

Menurut dia harga ini adalah harga terendah saat bukaan lelang di Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Harga akan naik seiring berlangsungnya tawaran dalam lelang terbuka. Usai kesepakatan itu, nelayan pun kembali melaut.

Meski berlimpah, Untung bahkan menyebut hasil tangkapan udang rebon nelayan Cilacap belum memenuhi kuota oven para pengusaha pengeringan. Dalam sehari, nelayan Cilacap mampu menangkap sekitar 100 ton udang rebon campuran.

Sebab itu, dalam pertemuan itu diperoleh kesepakatan udang luar daerah bisa masuk ke Cilacap. Dengan begitu, kuota produksi pengusaha pengeringan pun terpenuhi.

Soal isu pengusaha China yang membuat harga udang rebon jatuh, Untung juga membantah. Bahkan, menurut dia, masuknya investor Tiongkok memicu kenaikan harga udang rebon.

"Kalau dulu saat belum ada pengusaha oven investor China, yang ekspor, harga udang rebon kecil paling harganya Rp 1.000 per kilogram, bahkan pernah Rp 500 per kilogram. Sekarang minimal Rp 6.000," dia mengungkapkan.