Sukses

Terbengkalai, Gedung PKL Garut Bisa Jadi Tempat Mesum

Sejak diresmikan tiga tahun lalu, nyaris tidak ada pedagang kaki lima (PKL) yang menempati. Padahal dua gedung PKL Garut, Jawa Barat, ini termasuk rintisan di Jawa Barat.

Liputan6.com, Garut - Sejak diresmikan tiga tahun lalu, keberadaan dua gedung Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berada di Babakan Pajagalan, Garut, Jawa Barat ini, tampak terbengkalai tak terawat. Atap bangunan copot, pun beberapa rolling door kios pun rusak. Ke mana perginya para PKL?

"Dulu hanya diisi beberapa bulan, tapi kebanyakan hanya seminggu (jualan) di sana, ya pindah lagi," ujar Alo, salah satu warga sekitar gedung PKL saat ditemui Liputan6.com, di Garut, Senin (27/8/2018).

Menurut dia, usai relokasi besar-besaran PKL yang dilakukan Pemda Garut 2015 lalu, keberadaan dua gedung yang ditaksir seharga miliaran rupiah itu tampak kumuh tanpa aktivitas perdagangan, layaknya kawasan ekonomi warga.

"Katanya enggak laku, tapi sebenarnya jika dijalani ada pembeli mah," kata dia dengan logat Sundanya.

Minimnya sosialisasi serta rendahnya keinginan warga PKL mendiami kawasan itu, menyebabkan gedung PKL kurang diminati pembeli. "Warga mau beli bagaimana, penjualnya (PKL)-nya saja tidak ada, padahal tempatnya bagus,” kata dia.

Dari dua bangunan gedung PKL yang disediakan pemda, terlihat keduanya kosong tanpa pembeli. Padahal, jika menilik lokasi, kedua bangunan yang bersebelahan itu termasuk di jalur strategis ekonomi warga Garut.

"Paling dipakai main anak-anak," ujar dia menambahkan.

Ia kemudian membandingkan pesatnya pusat perbelanjaan Garut Plaza (GP) yang berdiri dekat gedung PKL saat ini. Awalnya, gedung itu diperuntukkan bagi PKL, tetapi kebanyakan dijual lagi oleh mereka dengan alasan kurang laku. Namun, setelah beberapa tahun kini menjadi salah pusat perbelanjaan paling ramai dikunjungi masyarakat Garut.

"Harusnya Pemda Garut tegas juga," pinta dia.

Hal yang sama disampaikan Wahyu, pedagang sekitar itu, mengakui jika salah satu kendala utama yang dialami PKL hasil relokasi akibat minimnya modal yang bisa diputar mereka, agar barang dagangannya laku terjual.

"Tempat baru kan butuh proses (agar ramai). Nah, mereka tidak mau kalau sepi," ungkap dia.

Untuk itu, ia berharap agar pemda bisa lebih giat melakukan sosialisasi termasuk memberikan modal tambahan bagi PKL agar mereka mau menempati lokasi baru itu.

"Mudah-mudahan saja dengan upaya itu para PKL mau, kan namanya juga jualan ada laku ada tidak, harusnya ya diisi-lah," kata dia.

 

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini

2 dari 3 halaman

Minim Sosialisasi dan Inovasi

Wakil Bupati Garut Helmi Budiman mengakui mangkraknya banguna tempat usaha PKL itu, akibat minimnya sosialisasi dan inovasi dari pihak pengelola. Padahal, jika melihat lokasi, dua bangunan yang sama-sama memiliki tiga lantai itu, tepat berada di dekat perbelanjaan Garut Plaza (GP) yang menjadi pusat belanja warga Garut.

"Mungkin karena tidak laku, jadi balik lagi (menjadi PKL)," kata dia.

Menurutnya, sejak pertama kali diresmikan tiga tahun lalu, keberadaan gedung PKL bak bangunan tak bertuan, tidak nampak aktivitas niaga di sana. "Kita bukannya tidak berupaya, namun butuh alternatif (terobosan) lain, bagaimana agar mereka mau menempati gedung itu," ungkapnya.

Awalnya gedung itu difungsikan sebagai lokasi relokasi PKL yang berada di sepanjang jalur Ahmad Yani atau sekitar pengkolan, sebutan masyarakat Garut untuk lokasi pusat kota Garut. Namun, dengan dalih sepi pembeli, akhirnya para PKL kembali ke tempat awal untuk menjadi pedagang emperan.

"Kita pun tidak bisa mengusir begitu saja, harus ada upaya lain agar mereka mau direlokasi," ujarnya.

Untuk mendukung agar gedung PKL diminati pembeli, lembaganya berharap agar lebih gencar melakukan sosialisasi termasuk menegakan aturan yang tegas, agar PKL tidak kembali ke lokasi semula. "Memang kita akan segera rapat agar gedung kembali berfungsi," kata dia.

Saat ini, dua bangunan tiga lantai itu terlihat kumuh, sebanyak 288 lapak yang diperuntukkan bagi PKL tampak kosong dan kotor berdebu. Bahkan, beberapa fasilitas bangunan seperti atap, rolling door kios, hingga pagar pembatas dan atap gedung tampak rusak.

Beberapa anak-anak sekolah dasar (SD) dari sekolah yang berada di samping gedung, kerap menjadikan area bangunan gedung PKL sebagai tempat bermain.

Beberapa titik parkir liar pun tak terbendung untuk menyimpan kendaraan pribadi berbagai jenis.  Sementara menjelang malam hari, kawasan gedung kerap dipakai arena tongkrongan anak muda yang kadang berujung dipakai sebagai tempat maksiat seperti mabuk-mabukan dan lokasi mesum.

 

3 dari 3 halaman

Ancaman Penertiban PKL Selepas Asian Games

Sebelumnya, Bupati Garut Rudy Gunawan mengancam akan segera melakukan penertiban besar-besaran kepada PKL setelah perhelatan Asian Games XVIII selesai.

"Targetnya pasar dan pengkolan (istilah pusat kota-red), nanti setelah Asian Games kita tertibkan," ujar Bupati Garut Rudy Gunawan selepas Apel Pagi di Halaman Setda, Garut, Senin, 20 Agustus 2018, pekan lalu.

Menurut Rudi, keberadaan PKL yang berjualan di bahu jalan sudah mengganggu pejalan kaki dan menyebabkan kemacetan lalu lintas. 

"Kita sudah berkoordinasi dengan Forkopimda (Forum koordinasi pimpinan daerah), dan Pak Kapolres mendukung," ujarnya.

Ada dua titik besar penyebaran PKL yang akan segera ditata, selain Pasar Induk Ciawitali Garut, juga mereka yang berjualan di sekitar pengkolan atau pusat kota Garut, yang membentang sepanjang Jalan Jenderal Ahmad Yani. 

Sekretaris Ikatan Warga Pasar (Iwapa) Pasar Induk Ciawitali Garut Opik Abdillah mengatakan, rencana penertiban PKL yang berada di seluruh jalur Pengkolan dan Pasar Induk Ciawitali sudah digaungkan lama pemda Garut, tapi belum juga ada kemajuan. Penertiban itu dinilai tak mudah karena jumlahnya mencapai ribuan.

"Ah, dari dulu itu, cuma rencana saja," ujarnya.

Opik mengakui keberadaan PKL yang makin banyak itu menyebabkan hampir seluruh akes jalur lalu lintas yang menuju pasar, termasuk di dalam pasar, semakin macet. Ia menunjukkan mobil yang hendak bongkar muat barang saja sangat sulit mencari tempat. Para pembeli juga mengeluhkan kondisi itu, sehingga malas belanja ke pasar tradisional.

"Belum lagi ancaman pasar modern seperti minimarket. Seharusnya, pedagang pasar juga berbenah agar mampu bersaing," kata Opik.

Iwapa juga sudah berdiskusi dengan dinas terkait, UPTD dan Bupati Garut. Namun, harapan untuk segera ditertibkan selalu menemui jalan buntu.

"Kami bukannya tidak berpihak pada pedagang baik PKL, tapi memang harus segera ada solusi," kata dia yang biasa berjualan di kios tersebut.

 

Simak video pilihan berikut ini: