Sukses

Krisis Air Bersih, Bagaimana Nasib Warga Cilacap?

BPBD Cilacap hanya menyediakan sekitar 100 tangki bantuan air bersih pada 2018.

Liputan6.com, Cilacap - Dampak kemarau panjang di Kabupaten Cilacap semakin meluas. Akhir Agustus 2018 ini, tercatat sebanyak 24 desa di 10 kecamatan mengalami krisis air bersih.

Daerah di kawasan pasang surut air laut pun tak luput dari krisis. Musababnya, sumur warga mengalami intrusi air laut sehingga berasa asin. Air pun berwarna keruh kekuningan dan tak layak dikonsumsi.

Adapun 10 kecamatan yang dilanda krisis air bersih yakni, Kawunganten, Bantarsari, Gandrungmangu, Patimuan, Kampung laut, Jeruklegi, Adipala, Karangpucung, Wanareja dan Kecamatan Dayuhluhur.

Dari 10 kecamatan yang mengalami krisis air bersih, Kecamatan Kangunganten adalah yang terparah. Di desa ini ada delapan desa yang mengalami krisis air bersih. Menyusul kemudian, Kecamatan Patimuan dan Jeruklegi. Di dua Kecamatan ini terdapat empat desa yang mengalami kekeringan dan krisis air bersih. Di luar itu, di masing-masing kecamatan terdapat antara satu hingga tiga desa yang terdampak krisis air bersih.

Kemarau panjang 2018 ini diprediksi berlangsung hingga September atau Oktober mendatang. Itu artinya, bantuan air bersih dari pemerintah dan pihak lainnya begitu diandalkan pada masa rentan ini.

Diperkirakan pada September dan Oktober, atau masa sebelum musim hujan tiba, daerah yang mengalami krisis air bersih semakin meluas. Sumur-sumur kering, mata air seolah mampat dan sungai terputus alirannya.

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini

Saksikan video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Anggaran BPBD Cilacap Terbatas

Celakanya, pada tahun 2018 ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap hanya menyediakan sekitar 100 tangki bantuan air bersih. Dipastikan jumlah ini tak cukup untuk melayani permintaan bantuan air bersih dari daerah terdampak.

"Tahun ini kalau tidak salah menyediakan sekitar 100 tangki, tapi yang sudah terkirim lebih dari 100 tangki," ucap Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap, Tri Komara Sidhy.

Komara tak menyebut sisa stok bantuan air bersih yang dimiliki BBPD. Namun, ia menyebutnya, tak banyak.

Hingga 27 Agustus 2018 lalu saja, sebanyak 150 tangki telah dikirimkan ke daerah terdampak. Bantuan air bersih itu didistribusikan ke 10.243 keluarga yang terdiri dari 35.787 jiwa di 10 kecamatan.

"Bantuan air bersih tersebut berasal dari BPBD, PDAM Tirta wijaya, PMI Cilacap, Polres Cilacap, CSR perusahaan serta Korpri Kabupaten Cilacap," ujarnya.

Menilik cadangan bantuan air bersih yang menipis itu, dia pun berharap agar dunia usaha dan lembaga-lembaga lain turut membantu penanggulangan krisis air bersih. Dengan demikian, masyarakat yang membutuhkan bisa terlayani.

Mengapa BPBD Cilacap hanya menganggarkan sedikit? Padahal tiap tahun Cilacap dilanda krisis air bersih?

Komara mengakui, pada tahun 2018 ini BPBD memang menganggarkan bantuan air bersih dalam jumlah terbatas. Sebab, diperkirakan kemarau akan berlangsung normal. Artinya, kebutuhan bantuan air bersih tak berjumlah signfikan.

Pengalaman pada 2017, jumlah bantuan air bersih yang didistribusikan ke warga terdampak tak signifikan. Selain itu, terjadi pula kenaikan harga satu tangki air di PDAM. Akibatnya, anggaran yang disiapkan pun hanya cukup untuk membeli air dalam jumlah terbatas.

"Mudah-mudahan sampai akhir kemarau tercukup. Kita pengalaman yang sudah-sudah, tahun 2016 kemarau panjang, tahun 2017 normal. Nah ini, mudah-mudahan tahun ini juga normal," dia menambahkan.