Sukses

Mengenal Nyadran, Warisan Budaya Leluhur Suku Tengger Bromo

Tidak seperti tradisi ziarah pada umumnya, tradisi ini diiringi dengan musik khas Suku Tengger.

Liputan6.com, Probolinggo - Nyadran, budaya leluhur suku Tengger Brang Wetan Bromo terus dilestarikan. Ritual, dalam rangkaian perayaan Hari Raya Karo ini, berupa berziarah ke makam keluarga.

Seperti terlihat di Desa Jetak, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Berangkat dari rumah Kermat, Kepala Desa (Kades) setempat, ribuan warga menuju tempat pemakaman umum (TPU) desa, Sabtu, 1 September 2018. Seluruh warga suku Tengger, mulai dari tua hingga muda, turut dalam tradisi Nyadran ini.

Tidak seperti tradisi ziarah pada umumnya, tradisi ini diiringi dengan musik khas Suku Tengger. Tiupan seruling dan tetabuhan gendang mengiringi, dipimpin Dukun Pandita. Di belakang, iring-iringan warga membawa rantang berisi makanan dan bungkusan bunga ziarah.

"Tradisi ini merupakan salah satu kekayaan budaya dan kebanggan warga Tengger. Harus terus dijaga kelestariannya. Sehingga bisa diteruskan oleh anak cucu kita kelak," kata Lilia Widyani Putri (23), gadis manis warga Jetak.

Di pemakaman, seluruh warga menggelar doa bersama dan meletakkan sesaji untuk para leluhur dan kerabat yang telah meninggal dunia. Setelah itu, mereka mengitari seluruh makam, berdoa, memberikan sesaji serta penghormatan.

"Nyadran sendiri, merupakan kegiatan mengunjungi makam kerabat maupun sanak saudara yang sudah meninggal. Boleh dikatakan sebagai ziarah kubur. Ada beberapa rangkaian dalam Nyadran ini. Mulai dari doa bersama di punden, lalu berkumpul di tengah desa," tutur Kermat, Kades Jetak.

Tradisi yang mendarah daging di dalam masyarakat Suku Tengger, patut dilestarikan. Pemerintah Kabupaten Probolinggo pun berupaya melestarikan budaya ini dengan melakukan pendampingan-pendampingan.

"Kami memfasilitasi setiap kebudayaan yang ada agar bisa terus eksis dan dilestarikan," kata Yulius Christian, Camat Sukapura.

 

Simak video pilihan berikut ini: