Sukses

Menelusuri Asal Muasal Kerapan Sapi Brujul di Probolinggo

Tradisi balap sapi brujul di Probolinggo ini sudah ada sejak 1981 silam.

Probolinggo - Kerapan Sapi Brujul di Kota Probolinggo, Jawa Timur, merupakan salah satu warisan nenek moyang warga setempat. Sebelumnya, kerapan atau balap sapi brujul ini digelar secara mendadak. Tidak ada persiapan khusus untuk mengadakannya.

Informasi yang diterima Times Indonesia, biasanya, balap sapi brujul ini digelar oleh para petani. Terutama, saat menjelang musim tanam padi. Sawah–sawah yang ada kemudian dibanjiri dengan air hingga penuh, lalu dibajak.

Kala itu, pembajak sawah masih menggunakan tenaga manusia dan sapi. Untuk mengusir kejenuhan, para petani ini kemudian berlomba di areal sawah yang berlumpur itu.

Lambat laun, kebiasaan tersebut menjadi hobi baru bagi para petani. Hingga kemudian dikenal luas oleh masyarakat.

"Dahulu ketika zaman ayah saya masih bertani, tidak ada hadiahnya seperti sekarang. Murni untuk bersenang–senang saja. Saya pun sangat menyukainya," kata salah satu warga, Supiyana Djusid (55), Minggu, 2 September 2018.

Masih menurut nenek tiga cucu ini, keluarganya merupakan keluarga petani. Tradisi balap sapi brujul ini sudah ada sejak 1981 silam.

Hingga saat ini, Supiyana sangat familiar dengan balap sapi brujul. Walau saat ini sudah tidak bertani, Supiyana tetap mengikuti balap sapi brujul. Ada enam sapi miliknya yang turut dilombakan. Namun, sudah kalah pada saat babak penyisihan.

Sebagai informasi, gelaran Kerapan Sapi Brujul kali ini masuk dalam rangkaian Seminggu di Probolinggo (Semipro) 2018. Balap sapi brujul di Kota Probolinggo ini diikuti sekitar 60 peserta.

Peserta tak hanya dari sekitar Kota Kabupaten Probolinggo, warga dari Kabupaten Jember, Pasuruan dan Lumajang pun, ada yang ikut serta. Kerapan Sapi Brujul ini digelar dua hari, dari 1-2 September 2018.

 

Baca berita menarik lainnya dari Times Indonesia di sini.

 

Simak video pilihan berikut ini: