Liputan6.com, Banyumas - Bak ujaran "hujan di musim kemarau", hujan benar-benar terjadi di Cilacap dan Banyumas, Jawa Tengah, pada awal September 2018. Bagi warga di daerah yang tengah dilanda kekeringan, gerimis ini seolah membawa kabar baik.
Masalahnya, dampak kemarau di dua kabupaten ini semakin luas. Di Banyumas, sebanyak 28 desa di sembilan kecamatan mengalami krisis air bersih.
Untuk membayangkan betapa seriusnya dampak kemarau, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas hingga awal September ini telah menggelontorkan sebanyak 503 tangki air bersih. Jumlah yang cukup untuk menyebut bahwa warga di beberapa wilayah Banyumas benar-benar krisis air bersih.
Advertisement
"Itu sejak awal kemarau," ucap Komandan Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Banyumas, Kusworo, Rabu, 5 September 2018.
Adapun di Cilacap, krisis air bersih telah melanda 25 desa di 10 kecamatan. Sebanyak 154 tangki bantuan air bersih telah dikirimkan untuk belasan ribu keluarga yang terdampak.
Baca Juga
Rekapitulasi pengiriman bantuan air bersih oleh BPBD Banyumas dan Cilacap pun menunjukkan bahwa semakin lama kemarau, semakin banyak air bersih yang dikirimkan tiap hari dan pekan. Tak pelak, warga pun begitu menunggu tibanya musim penghujan.
Namun, sepertinya harapan warga masih jauh panggang dari api. Ternyata, hujan yang terjadi tak merata di berbagai daerah ini bukan lah awal musim penghujan.
Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pos Pengamatan Cilacap, Rendy Krisnawan mengatakan musim kemarau bukan berarti tanpa hujan sama sekali. Sebenarnya, kadang masih ada hujan ringan untuk beberapa waktu dan bersifat tidak merata.
"Karena kondisi atmosfer yang labil dan basah pada saat ini," kata Rendy.
Rendy mengungkapkan, awal musim penghujan di Jawa Tengah bagian selatan, terutama di Kabupaten Banyumas, Cilacap, dan Kebumen diperkirakan baru tiba pada pertengahan Oktober hingga pertengahan November 2018 mendatang.
Â
Awal Musim Hujan Banyumas, Cilacap dan Kebumen
Diperkirakan awal musim hujan antara satu wilayah dengan lainnya pun tidak datang di waktu yang bersamaan. Hal ini dipengaruhi kondisi wilayah atau biasa disebut Zona Musim atau ZOM. ZOM adalah daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan periode musim hujan.
Wilayah ZOM tidak selalu sama dengan luas daerah administrasi pemerintahan. Dengan demikian satu kabupaten atau kota bisa saja terdiri dari beberapa ZOM. "Sebaliknya satu ZOM dapat terdiri dari beberapa kabupaten," dia menambahkan.
Dia mencontohkan, di Kabupaten Cilacap, awal musim penghujan akan tiba tak bersamaan. Musim hujan untuk wilayah Cilacap timur dan utara diperkirakan akan terjadi pada awal November. Namun, wilayah Cilacap tengah akan tiba lebih cepat, yakni pada akhir Oktober.
Sebaliknya, wilayah Cilacap tengah yang berbatasan dengan Jawa Barat, musim hujan diperkirakan akan tiba lebih lambat, sekitar pertengahan November.
"Untuk wilayah bagian selatan hingga Cilacap bagian timur, dan juga Cilacap bagian utara, musim hujan dimulai pada sekitar awal November. Lalu untuk wilayah Cilacap bagian tengah, dimulai sekitar pada akhir Oktober,"Â dia menjelaskan.
Menurut Rendy, di Kabupaten Banyumas, pada umumnya awal musim penghujan terjadi pada akhir Oktober. Tetapi, untuk wilayah Banyumas wilayah tenggara, yang berbatasan dengan Kebumen dan Cilacap, awal musim hujan sekitar pertengahan pertengahan Oktober.
Adapun Kebumen, pada umumnya awal musim penghujan tiba pada awal November, meliputi Kebumen selatan dan tengah. Tetapi, Kebumen wilayah utara, musim hujan dimulai pada akhir Oktober.
"Juga dipengaruhi kontur tanah, kondisi geografis, topografi wilayah," Rendy menambahkan.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement