Sukses

Pagi Lebih Ceria dengan Memetik Stroberi di Dataran Tinggi Berastagi

Harga memetik stroberi hanya Rp 10 ribu/ons. Tak hanya stroberi, Anda bisa menikmati sejuknya udara Karo berikut pemandangan hijau yang memanjakan mata.

Liputan6.com, Berastagi - Dataran tinggi Kabupaten Karo menjadi salah satu tujuan wisata masyarakat saat akhir pekan. Banyak lokasi wisata yang dapat dikunjungi jika berada di daerah yang berjarak 63 Kilometer dari Kota Medan ini.

Lokasi wisata yang banyak dikunjungi masyarakat di dataran tinggi Karo adalah perkebunan, baik perkebunan jeruk, markisa, terong belanda hingga stroberi. Pengunjung bisa menikmati buah dengan cara memetik langsung dari pohonnya.

Apalagi, memetik buah stroberi di saat pagi hari. Selain dapat merasakan sejuknya udara dataran tinggi yang menyentuh kulit, pengunjung juga dimanjakan pemandangan indah yang menyegarkan mata. Kebanyakan lokasi perkebunan milik pekebun rata-rata berada di perbukitan.

Salah satunya perkebunan Sonak Malela. Terletak di Desa Tongkoh, Kecamatan Dolat Rakyat, Kota Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, pengunjung bisa merasakan sensasi memetik sendiri buah stroberi dari pohonnya.

Di lahan seluas kurang lebih 500 meter persegi, pengunjung bebas memetik sendiri stroberi hanya dengan biaya Rp 10.000 per ons. Untuk jumlah yang dipetik pekebun tidak membatasi, hanya saja pengunjung dilarang memakan buah sebelum membayarnya.

"Pengunjung ramai datang saat weekend, Sabtu dan Minggu. Bisa ratusan," kata pemilik kebun, Sonak, Minggu, 9 September 2018.

Wanita berusia berkisar 28 tahun itu menyebut, banyak pengunjung yang datang berasal dari Kota Medan dan daerah lainnya. Pengunjung yang datang juga dari kalangan keluarga, dan pasangan muda-mudi yang tidak hanya sekadar memetik stroberi, tapi juga untuk berfoto.

"Kalau buka, kita tiap hari. Mulai pagi sampai sore. Kala hari biasa ada juga yang datang, puluhan, enggak ramai saat weekend," ungkapnya.

Seorang pengunjung bernama Ayu mengaku, dirinya berkunjung ke perkebunan stoberi milik Sonak bersama keluarga. Menurut warga Medan itu, memetik sendiri buah stroberi dari pohonnya lebih murah dibandingkan beli dari pedagang.

"Lebih murah, kalau di pedagang saya beli Rp 20.000 per ons, di sini lebih murah," katanya.

 

2 dari 2 halaman

Khawatir Erupsi Sinabung

Ayu mengaku, selain lebih murah, memetik sendiri buah stroberi bisa membuatnya banyak memberi pelajaran kepada dua orang anaknya yang masih kecil, seperti mengedukasi cara berkebun hingga bagaimana proses tumbuhnya buah sampai bisa dikonsumsi.

"Anak-anak senang, mereka juga banyak tanya. Mereka jadi bisa tahu bagaimana proses buah mulai dari ditanam, dipetik, lalu dikonsumsi," ungkapnya.

Akhir pekan atau musim liburan memang menjadi berkah bagi para pekebun di dataran tinggi Karo, terutama para pekebun yang menawarkan sensasi memetik buah sendiri. Namun, ada satu hal yang selalu menjadi momok bagi mereka.

Seorang pekebun stroberi bernama Pulung Ginting mengungkapkan, hal yang ditakutkan adalah saat Gunung Sinabung erupsi dan hembusan angin mengarah ke perkebunan mereka. Sebab jika itu terjadi, otomatis mereka akan merugi dikarenakan tanaman mati.

"Kalau kena debu (vulkanik) itu, daunnya jadi kering, mati. Itu nunggunya biar bisa panen lagi sampai tiga bulan," ungkapnya.

Pulung mengaku, jarak dari Gunung Sinabung ke lokasi perkebunannya cukup jauh, yaitu kurang lebih 20 kilometer. Namun, debu vulkaniknya pernah beberapa kali mengarah ke kebunnya.

"Pernah, kami sampai tidak berkebun. Kalau merugi, ya rugi. Tapi kita tidak bisa apa-apa kalau alam. Itu kehendak Tuhan," ucap Pulung.

Saksikan video pilihan berikut ini: