Liputan6.com, Bengkulu - Delapan personel Kepolisian Resor Kota (Polresta) Bengkulu terluka ketika mengamankan aksi unjuk rasa mahasiswa di depan kantor DPRD Provinsi Bengkulu pada Selasa, 18 September 2018.
Kapolresta Bengkulu AKBP Prianggodo Heru mengatakan, dua orang personelnya bahkan harus dilarikan ke Rumah Sakit Bhayangkara.
"Ada dua orang personel yang dibawa ke rumah sakit. Terluka karena lemparan batu dan kayu," kata dia, di Bengkulu, Rabu (18/9/2018), dilansir Antara.
Advertisement
Selain korban luka-luka, lanjut Heru, terdapat pula sejumlah kerugian materiil akibat kericuhan tersebut. Misalnya, mobil yang berada di parkiran DPRD Provinsi Bengkulu mengalami kerusakan akibat lemparan batu.
"Begitu juga kendaraan kami, juga ada yang kena lemparan batu," katanya lagi.
Selain personel kepolisian, korban juga dari pihak mahasiswa yang berdemonstrasi. Salah seorang mahasiswa mendapatkan luka yang cukup besar di bagian kakinya, dan pengunjuk rasa lainnya mengalami iritasi pada mata akibat gas air mata.
Baca Juga
Ketua HMI Cabang Bengkulu Yudha saat berorasi di depan kantor DPRD Provinsi Bengkulu menyampaikan bahwa aksi mereka ini menjadi cara untuk mengkritisi kinerja pemerintah pusat terkait persoalan sektor ekonomi.
Pendemo juga menuntut stabilisasi nilai tukar rupiah, peningkatan ekspor dan sebaliknya mengurangi impor. Selain itu, mereka juga menuntut perbaikan harga jual komoditas pertanian, serta optimalisasi peran lembaga pemerintahan.
"Kami minta anggota dewan Provinsi Bengkulu berpihak pada kepentingan rakyat," ujarnya.
Kepolisian Resor Kota Bengkulu mengamankan sekitar delapan orang demonstran pasca-kericuhan dalam unjuk rasa di depan kantor DPRD Provinsi Bengkulu itu. Kapolresta Bengkulu AKBP Prianggodo Heru menyebutkan, massa mencoba memaksa masuk ke kantor DPRD Provinsi Bengkulu sementara para legislator masih menggelar rapat.
"Sejak awal mahasiswa sudah ada komunikasi (dengan kepolisian), tuntutan mereka ingin bertemu dengan anggota DPRD," kata dia.
Pihak kepolisian pun sudah berupaya memfasilitasi para pengunjuk rasa, tapi mahasiswa yang tergabung dalam HMI itu tidak sabar dan memaksa masuk. "Ya, sekitar delapan mahasiswa, dan hanya diminta keterangan," katanya lagi.
Saat kericuhan memuncak, terdengar sejumlah letusan ke udara untuk membubarkan para pendemo. Tetapi, kepolisian meyakinkan bahwa letusan tersebut bukan berasal dari senjata dengan peluru tajam.
"Letusan itu gas air mata, tidak ada peluru," ujar Heru.
Saksikan video pilihan berikut ini: