Bandung - Bandung International Dance Competition (BIDC) yang digelar 21-23 September 2018 kemarin jadi event bergengsi bagi Kota Kembang Bandung. Selain baru pertama kali digelar di Bandung, gelaran berskala internasional ini juga menjadi lomba tari dengan sistem kompetisi yang unik lantaran melibatkan bergaam tarian lintas genre.
Chaiman of Bandung International Dance Competition Herman Susilo Haslim mengatakan, Bandung dipilih menjadi lokasi gelaran karena kota ini terkenal dengan kreativitasnya. Herman juga menyebut, animo masyarakat sangat baik terhadap event tersebut. Hal itu ditunjukkan dengan jumlah peserta yang mencapai 700 orang.
"Dari sisi peserta, total nomor ada 400-an. Dan, ini lintas genre sekali lagi," bebernya.
Advertisement
Baca Juga
Sebenarnya, masih kata Herman, juri dari Indonesia juga ada. Jadi bukan hanya dari luar Indonesia. Juri asal Indonesia tampak hadir Hamdi Fabas dari Founder Bboy Indonesia dan Wied Sendjayani Founder Dance Company. Nah, untuk nama-nama juri Internasional ada Jeffrey Tab Principal Jeffrey Dance Academy (Singapura), Keiji Tomiyama Founder of Tomiyama School of Ballet (Jepang), dan Karen Malek Director of Transit Dance (Australia).
Dia menyampaikaan bahwa setiap juri memiliki karakter yang berbeda-beda. Terutama dalam hal genre dance. "Ada yang memang fokus ke ballet, misalnya seperti Karen," imbuhnya.
Saat showing off, Herman menyebutkan, para penampil diberi batas waktu untuk perform maksimal dua menit. Sementara itu, untuk asal peserta pun beragam. "Ada dari Malaysia dan Singapura," kata Herman
Ada salah satu peserta asal Indonesia yang paling jauh datang ke Bandung International Dance Competition. Yakni dari sekolah Jenisha Dance Center, Kupang, NTT. "Saya datang 19 September. Lalu disusul sama anak didik dari Jenisha," ungkapnya.
Jenisha didirikan olehnya pada 18 tahun silam. Dia menyebutkan, event BIDC menjadi agenda kali pertama Jenisha ikut kompetisi. "Pertama juga ke Bandung," katanya menambahkan.
Baca juga berita menarik lainnya di Solopos.com.