Liputan6.com, Banjarnegara - Lingkungan sekolah, sebagaimana fungsinya adalah pusat pendidikan. Akan tetapi, nyatanya secara efektif fungsi itu hanya terjadi siang hari, pada jam pelajaran atau kegiatan sekolah lain.
Pada malam hari, gedung sekolah sepi bak kuburan lantaran tak ada kegiatan. Tak jarang pula, gedung sekolah tak terjaga.
Tak aneh jika kemudian gedung sekolah digunakan oleh orang-orang tak bertanggungjawab untuk melakukan kegiatan yang menyimpang jauh dari tujuan luhur pendidikan. Kadang, gedung sekolah yang sepi ini digunakan untuk pesta miras.
Advertisement
Baca Juga
Seperti yang terjadi di sebuah SD negeri di Kendaga Kecamatan Banjarmangu, Banjarnegara, Jawa Tengah, baru-baru ini. Masyarakat kerap mendapati kenakalan remaja di fasilitas pendidikan ini.
Mereka pun resah. Namun, mereka pun sadar, tak tepat jika main hakim sendiri. Karenanya, mereka pun melaporkan pesta miras ke Kepolisian Sektor Banjarmangu.
Laporan itu lantas direspon oleh kepolisian dengan menggiatkan patroli yang disebut sebagai BLP (Blue Light Patrol). Benar saja, belum lama ini, polisi menciduk tujuh remaja usia tanggung.
Ironisnya, dua di antara tujuh remaja ini adalah remaja wanita. Mereka kedapatan tengah berpesta miras di lingkungan SD Negeri di Kendaga ini.
Bahkan, lebih miris lagi, lima dari tujuh remaja itu juga masih berstatus pelajar. Rupanya, pendidikan tak cukup untuk menghindarkan mereka dari miras.
Berujung Tangis
Kepala Polsek Banjarmangu, AKP Rusmiyatun menerangkan, kepolisian sudah lama menerima laporan dari masyarakat. Tetapi, tiap kali petugas berpatroli, seolah mereka raib.
"Baru kali ini kami mendapati mereka," kata Rusmiyatun, dalam keterangannya.
Tindakan tegas pun dilakukan. Para remaja belasan tahun ini pun digelandang ke Markas Polsek Banjarmangu untuk dimintai keterangan.
Kenekatan mereka menggunakan fasilitas pendidikan untuk mabuk-mabukan ternyata tak berbanding lurus ketika mereka berhadapan dengan polisi. Nyali mereka langsung mengkerut.
Bahkan, dua remaja menangis tersedu sedan. Air mata bercucuran tak habis-habis. Istilahnya, dua remaja ini benar-benar menangis bombay.
Beruntung, tindakan amoral ini tak lantas berlanjut hukum pidana. Pasalnya, kepolisian yakin mereka masih bisa merubah perilakunya.
Petugas memilih melakukan pembinaan terhadap para remaja ini dengan mempertemukan mereka dengan orang tuanya. Para muda usia ini diberi kesempatan untuk memperbaiki diri.
Tangisan bertambah keras tatkala orang tua ketujuh remaja ini dipanggil kepolisian. Ada nada penyesalan, malu, dan takut yang bercampur menjadi satu.
Para orang tua pun terlihat sangat kecewa. Beberapa ibu, turut menangis. Mereka benar-benar kecewa dengan tingkat anaknya yang kelewat batas.
Para orang tua juga diharapkan akan lebih memperhatikan dan mengawasi perilaku anak-anaknya agar tak terseret dalam pergaulan bebas. Lantas, mereka diserahkan kepada orang tua masing-masing.
"Orang tua harus aktif mengawasi anaknya," kata Rusmiyatun mengimbau.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement