Sukses

Nasib Atlet Paralayang Jawa Timur yang Terjebak Gempa Palu

Ada 31 atlet paralayang yang akan mengikuti kejuaraan di Palu, Sulawesi Tengah, Minggu, 30 September 2018.

Malang - Delapan dari 31 atlet paralayang asal Jawa Timur yang tadinya akan mengikuti kejuaraan di Palu, Sulawesi Tengah, Minggu, 30 September 2018, sore berhasil dibawa pulang oleh pesawat Hercules milik TNI AU Abdulrahman Saleh Malang usai gempa Donggala dan Palu Sulteng.

Informasi yang diperoleh Times Indonesia, dua dari mereka itu mengalami luka karena gempa dan semuanya langsung dilarikan ke rumah sakit untuk observasi. Hingga kini, kepastian berapa total atlet paralayang Jawa Timur yang berhasil dievakuasi dari musibah itu juga belum diketahui pasti karena putus kontak.

Danlanud Abd Saleh Malang, Marsma TNI Andi Wijaya, mengatakan sore kemarin pesawat Hercules membawa kembali 40 orang, delapan di antaranya atlet paralayang Jatim. "Mereka kami bawa dari bandara Hasanuddin Makasar yang semuanya hasil evakuasi dari Palu, " katanya.

Mereka, ucap Danlanud, memang dievakuasi dari Palu karena ada yang luka-luka, dua di antaranya adalah atlet paralayang, yakni Serda Sugeng dan Vicky. "Informasi yang kami peroleh sampai kini yang ingin keluar dari Palu masih banyak, jumlahnya sekitar 800 orang," dia menambahkan.

Mereka yang "terbawa" ke Malang karena kebetulan pesawat Hercules yang ditugaskan di Makasar sedang menuju perawatan di Malang lantaran jam terbangnya telah habis. "Meski demikian, kalau memang ada pesawat kami yang sedang melakukan pengiriman bantuan dan kemudian berkesempatan bisa membawa mereka dari Palu ya pasti akan kami fasilitasi," tandas Danlanud.

Para atlet itu mengikuti Kejuaraan Liga Paralayang Internasional Festival Numoni di Palu dan sempat putus kontak setelah terjadi gempa bumi yang disertai tsunami yang memporakporandakan kota Palu, Donggala, dan sekitarnya itu.

 

Baca berita menarik lainnya Times Indonesia di sini.

 

2 dari 2 halaman

Aktivitas Atlet Paralayang Sesaat Sebelum Gempa Mengguncang Palu

Dari Jawa Timur ada 31 orang yang ikut dalam kejuaraan itu. Taufik, salah seorang atlet paralayang dari Jawa Timur mengatakan, saat gempa terjadi ia berada di mal PGM yang menghadap ke laut. "Letaknya sekitar 200 meteran dari bibir pantai," katanya.

Ia berada di mal karena habis menjalankan salat Jumat tidak langsung kembali ke penginapan. Lantaran sekitar jam 11.00 Wita seluruh kegiatan kejuaraan hari itu selesai dan mereka sudah mendarat semua.

Penginapan para atlet itu memang terpisah-pisah. Ada yang menginap di Borneo Guest House sebanyak 10 orang. Setelah mereka mendarat semua, mereka sempat kumpul di headquarter, tempat panitia lokal kejuaraan, kemudian salat Jumat.

Selesai salat Jumat masing-masing atlet kembali ke penginapannya masing-masing. Jam 15.00 mereka sempat nonton bioskop di PGM Mal. Saat itulah ada gempa pertama.

Memang tidak keras, hanya goyang-goyang saja, kata mereka. Mereka kemudian berhamburan keluar dan kembali ke penginapan. Ada yang ke Roa Roa, Swiss Belhotel, Mercure, dan Borneo Guest House. Kebanyakan para atlet menginap di hotel Roa Roa.

Menjelang Magrib, saat ada azan Magrib, lima belas detik kemudian terjadi gempa yang cukup keras. Gempa itulah yang kemudian meluluhlantakkan Kota Palu beserta gedung-gedungnya, termasuk sejumlah hotel, tempat penginapan para atlet ini.

Hingga kini ada tiga atlet paralayang Jatim asal Malang yang masih putus kontak dan belum diketahui nasibnya usai gempa Donggala dan Palu Sulteng. Mereka adalah Ardi kurniawan (28) Resa C Kambe (35) dan Fahmi Rizki Fadiah (25). Ketiga atlet ini diduga menginap di hotel Roa Roa.

 

Simak video pilihan berikut ini: