Sukses

Anggaran Atlet Porda Garut Belum Cair, Pemda Cari Pinjaman Bank

Akibat anggaran logistik para atlet kontingen asal Garut, Jawa Barat, seret akibat lambatnya pencairan. Pemda Garut akhirnya cari pinjaman perbankan untuk menghidupi atletnya dalam Porda Jabar XIII kali ini.

Liputan6.com, Garut Akibat minimnya anggaran untuk atlet, Pemerintah Daerah (Pemda) Garut, Jawa Barat, terpaksa melakukan pinjaman lunak perbankan sebagai dana talangan untuk membiayai hidup mereka.

Akrobat ini terpaksa ditempuh pemda untuk menjaga semangat para atlet selama Pekan Olahraga Daerah (Porda) ke XIII yang akan dilangsungkan di Kabupaten Bogor, berlangsung.

"Nanti kita sedang diupayakan, mau pinjam atau bagaimana caranya-lah," ujar Bupati Garut Rudy Gunawan, di kantornya, Senin (1/10/2018).

Menurut dia, Pemda Garut sudah menyiapkan dana talangan untuk keberangkatan atlet andalannya, dalam hajatan olahraga terbesar di Jawa Barat itu.

Namun, lambannya proses administrasi akibat molornya pengajuan anggaran di dewan, menyebabkan dana talangan yang ditujukan atlet terlambat.

"Tapi kita usahakan minimal sebelum tanggal 3 (Oktober) uang saku atlet sudah dapat," kata dia.

Wakil Bupati Garut Helmi Budiman menambahkan, untuk menutupi anggaran operasional dan logistik atlet selama kejuaraan, lembaganya telah mengajukan peminjaman dana hingga Rp 1,5 miliar ke Bank Jabar.

"Siang ini kita melakukan pertemuan dengan pihak banknya dan sudah siap (memberikan bantuan)," kata dia.

Helmi mengatakan, anggaran untuk keberangkatan 502 atlet dan ofisial itu sudah disiapkan pemda. Namun dalam praktiknya, ujar dia, terbentur proses birokrasi yang harus ditempuh.

"Anggarannya sudah ada di perubahan, tapi kan harus dikonsultasikan dulu dengan Gubernur. Nah, itu prosesnya bisa satu dua-minggu, sementara Porda kan pekan ini," ujar dia bimbang.

Ia berharap dengan adanya dana talangan hasil pinjaman dari perbankan, bisa meringankan beban atlet dan ofisial yang akan mendampingi mereka selama kejuaraan berlangsung.

"Tunggu saja, kecuali yang sudah berangkat duluan, yang penting seluruh atlet yang belum berangkat sudah dipastikan aman," ungkapnya.

Ketua KONI Garut Abdusy Syakur Amin mengatakan, akibat keterlambatan anggaran dari Pemda, sebanyak 8 cabang olahraga (cabor) dari 35/cabor yang disiapkan terpaksa berangkat duluan dengan anggaran dari dompetnya masing-masing.

"Ini bukan bercanda, kondisinya serius harus segera ditangani," ujar dia mengingatkan.

Ia menyatakan, saat ini sekitar 502 atlet dan ofisial tim Garut tengah gundah-gulana. Minimnya anggaran yang ada di kas KONI saat ini membuat seluruh persiapan dengan dana swadaya masyarakat. "Kalau dulu kan semua ditanggung Pemda, sekarang KONI pun diberi tanggung jawab mencari dana," kata dia.

Meskipun demikian, secara mayoritas seluruh anggaran logistik atlet dan ofisial masih ditanggung pemda Garut. "Kecuali soal atribut dan kostum tim itu tanggung jawab KONI, makanya kami cari donatur sendiri," ujar dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Target Posisi 10 Besar

Meskipun terkendala logistik, untuk Porda kali ini, kontingen Garut tetap menargetkan raihan 28 emas atau batas aman masuk posisi 10 besar dari 27 kota/kabupaten peserta Porda.

"Minimal 15 cabor potensi emas di tangan, sisanya kan dari cabor lain, atau kalau atlet baru, kan nambah jam terbang saja, yang penting ada kompetisi," kata dia.

Syakur mengaku potensi atlet Garut cukup melimpah. Saat ini lembaganya membawahi hingga 43 cabor, jumlah dari batas cukup dari seluruh cabor di Tanah Air. "Tapi yang kita kirim (ke porda) hanya 35 cabor saja sesuai yang lulus kualifikasi," ujar dia.

Dengan kondisi saat ini, lembaganya berharap Pemda Garut lebih mudah memberikam hibah dalam pengembangan atlet, termasuk saat persiapan menghadapi sebuah kejuaraan.

"Di Sumedang hibah bisa tiga kali, provinsi juga bisa dua kali, harusnya Pemda Garut bisa kembali memberikan hibah," ujar dia.

Syakur mengaku awalnya kebutuhan untuk menghadapi Porda sebesar Rp 2,2 miliar. Angka itu digunakan untuk seluruh kebutuhan atlet mulai biaya tranportasi, akomodasi, konsumsi hingga uang saku mereka.

Namun dalam praktiknya, Pemda Garut hanya menyanggupi Rp 1,5 miliar, yang dititipkan dalam pos anggaran perubahan. "Kami akhirnya cari sponsor, makanya jangan aneh kalau di kaus atlet kita ada logo sponsor," uarnya.

Akhirnya dengan kondisi itu, lembaganya berhasil menggaet Indonesia Power (IP), Bank Jabar Banten (BJB), Yayasan Lasminingrat, termasuk Universitas Garut (Uniga).

"Hanya yang sponsor besar minimal Rp 100 juta yang kami kasih logo, kalau yang kecil-kecil di bawah Rp 10 juta ya enggak usah," ungkap dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.