Liputan6.com, Cilacap - Temuan sumur gas di area Petak 27 Perhutani pangkuan Desa Rawajaya Kecamatan Bantarsari Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah memicu banyak pertanyaan. Sumur yang bergolak mirip kawah itu tiba-tiba muncul pada musim kemarau ini.
Adalah Kuswandi (65), warga Gayamsari Desa Bantarsari yang menemukan sumur yang lantas oleh beberapa warga disebut sumur api ini. Disebut sumur api, lantaran saat dipantik dengan korek, gas di permukaan sumur akan menyala.
Sumur itu menyerupai lubang berdiameter satu meter dengan kedalaman satu meter sampai permukaan air. Semakin dalam, diameter lubang tampak semakin mengecil.
Advertisement
Belum diketahui kedalaman lubang sumur api yang diduga terjadi secara alami ini. Pasalnya, air lebih kerap keruh lantaran gelembung gas yang secara konstan muncul sehingga air tampak bergolak mendidih.
Baca Juga
Meski terlihat mendidih, tetapi ternyata air tak panas. Ini dibuktikan oleh warga yang mencoba mencelupkan tangannya ke air dalam sumur api ini. Air pun berasa asin.
Kepala Desa Rawajaya, Supriyanto mengakui peristiwa ini adalah kali pertama terjadi di Rawajaya dan sekitarnya. Ia pun mengaku belum mengetahui kenapa muncul sumur api. Hanya saja, dia bisa memastikan sumur ini mengandung gas lantaran bisa menyala saat dipantik dengan korek api.
"Kemarin kan Polsek Bantarsari, Polres, juga ada Satpol PP dan dinas apa itu, baru turun ke lokasi. Belum tahu hasilnya," Supriyanto menerangkan.
Geolog Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Siswandi Kastari mengemukakan, lokasi penemuan sumur api ini secara geologi masih berhubungan dengan sistem rawa belakang (back swamp) Segara Anakan dan dataran banjir dari Sungai Citanduy.
* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.
Potensi Energi Baru Terbarukan dari Sumur Api Rawajaya
Dengan begitu, meski saat ini yang tampak adalah dataran kering, tetapi di bagian bawah terdapat lapisan endapan rawa yang kaya kandungan zat organik. Endapan yang kaya zat organik ini mengalami penguraian atau decomposition.
"Yang bisa menghasilkan gas-gas organik CH4 atau Gas Metana, CO, CO2, HS, H2S, dan lain-lain," kata dia yang juga Pengurus Pusat Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), dalam keterangannya, Selasa, 10 Oktober 2018.
Dia menjelaskan, endapan rawa berupa lumpur yang mengandung gas-gas organik tersebut bisa saja muncul kepermukaan karena perbedaan tekanan. Bisa juga material itu muncul hanya karena pengapungan (buoyancy).
Lumpur dan gas-gas tersebut keluar bisa melalui rekahan tanah atau bagian yang lemah dr tanah, dan muncul di permukaan sebagai semburan lumpur. Dalam geologi disebut dengan istilah Mud Volcano atau gunung api lumpur.
"Kemunculan Mud volcano bisa terjadi baik dimusim kemarau pun di musim penghujan. Hanya saja saat musim kemarau fenomena Mud volcano ini menjadi mudah teramati," ucap Ketua Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Unsoed ini.
Menurut dia, keberadaan Mud volcano yang mengandung gas methana atau CH4 ini bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah tangga atau industri kecil.
Meski begitu, gunung api lumpur ini juga menyembunyikan bahaya yang berasal dari keberadaan kandungan gas rawa lainnya, seperti karbon monoksida atau CO, CO2, H2S, dan HS.
Siswandi menyarankan agar lokasi sumur diamankan agar bisa diambil manfaatnya. Langkah ini juga dilakukan untuk menghindari bahaya yang mungkin timbul.
Untuk mengukur potensi sumur gas ini, masih diperlukan survei Seismic dangkal (Strata box), pemboran, dan analisis TOC (Total Organic Contents) dan analisis gas biogenik untuk bisa menghitung potensi gas biogenik yang ada di daerah tersebut.
"Laporkan dan koordinasikan dengan pemkab dan dinas terkait. Ini merupakan potensi Energi Baru dan Terbarukan," jelasnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement