Liputan6.com, Yogyakarta - Selama ini orang mengenal nasi goreng sebagai kuliner yang berasal dari Indonesia. Popularitas nasi goreng bahkan sudah mendunia, Presiden ke-44 Amerika Serikat, Barack Obama pun selalu ingat dengan menu yang pernah disantapnya semasa kecil saat menetap di Indonesia.
Lembaga survei tingkat dunia seperti CNN telah melakukan survei sejak 2007 sampai 2017. Hasilnya, nasi goreng menempati tempat kedua makanan terenak di dunia setelah rendang.
Meskipun demikian, tidak banyak yang tahu asal mula nasi goreng di bumi nusantara.
Advertisement
"Nasi goreng berkaitan dengan kebudayaan atau asimilasi budaya," ujar Chef Wira Hardiyansyah dalam seminar Indonesia Culinary Conference And Creative Festival di Grha Sabha Pramana UGM, Selasa, 9 Oktober 2018.
Baca Juga
Ia bercerita semula nasi goreng merupakan teknik mengawetkan makanan. Praktik itu diterapkan di Tiongkok berabad-abad lalu.
Teknik menghangatkan makanan yang menjadi cikal bakal nasi goreng di nusantara itu bertujuan untuk membuat daging babi lebih tahan lama. Nasi goreng di Tiongkok pada zaman itu hanya berupa nasi yang diberi kecap dan potongan daging babi.
Pada abad ke-10 nasi goreng sampai ke nusantara melalui saudagar yang berlabuh di Kerajaan Sriwijaya. Nasi goreng merupakan produk pertukaran budaya yang dimodifikasi dengan bumbu atau rempah-rempah.
"Rempah-rempah dari nusantara inilah yang memperkaya cita rasa nasi goreng sampai sekarang," ucap Wira.
Â
* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.
Naik Kelas pada Masa Kolonial
Ketika masa pendudukan Belanda di tanah air, nasi goreng menjadi menu kelas atas. Mereka sangat senang dengan cita rasa nasi goreng dari Indonesia.
Menurut orang Belanda, nasi goreng dari Indonesia paling komplet. Mereka membandingkan dengan nasi goreng dari Jepang yang tidak komplet, hanya berisi nasi, kecap, dan sayuran.
Dalam tata cara makan mewah bangsa Belanda pada zaman Hindia Belanda, nasi goreng termasuk dalam menu Rijstaffell. Sampai sekarang, orang Belanda juga menyebut nasi goreng sesuai dengan bahasa Indonesia, yakni nasi goreng, bukan dalam bahasan Inggris fried rice.
"Saya pernah bekerja di Belanda dan mereka tidak kenal fried rice, tetapi nasi goreng," tuturnya.
Kiprah nasi goreng sampai mendunia juga diperkuat dengan lagu dari Wieteke van Dort yang berjudul Nasi Goreng.
Sebagian orang menambahkan mentega ketika memasak nasi goreng untuk menghasilkan aroma yang harum. Lainnya memilih mencampur dengan minyak jelantah atau minyak sisa untuk mendapatkan aroma dari percampuran beberapa gorengan sekaligus.
Â
Advertisement
Lebih dari 100 Ragam Nasi Goreng di Indonesia
Peneliti Pusat Penelitian Pangan dan Gizi (PSPG) UGM Murdijati Gardjito memaparkan hasil penelitian tentang ragam nasi goreng Indonesia dengan program Database Kuliner Indonesia. Hasilnya, terdapat 104 ragam nasi goreng di Indonesia.
Sebanyak 36 ragam nasi goreng bisa ditelusuri asal usulnya dan 59 ragam merupakan resep pengembangan.
"Hal ini menunjukkan cita rasa nasi goreng merupakan cita rasa universal yang dapat diterima hampir seluruh masyarakat dan menunjukkan fleksibilitas bahan tidak terlalu banyak mengubah cita rasa nasi goreng," ujar Murdijati.
Sebaran nasi goreng didominasi wilayah Jawa dan Sumatera. Ragam nasi goreng terbanyak ada di Jawa, sekitar 20 jenis, yang tersebar di Sunda, Betawi, Semarang, Yogyakarta, Surakarta, dan Jawa Timur bagian selatan serta utara.
Menurut Murdijati, penikmat nasi goreng sangat luas, tidak memandang status sosial ekonomi, sehingga nasi goreng yang merupakan bagian dari kuliner Indonesia pantas menjadi representasi hidangan Indonesia tingkat dunia.
Ia juga mengungkapkan nasi goreng sudah menjadi nama hidangan karena terdapat sembilan ragam nasi goreng yang tidak seluruhnya berbahan nasi. Misal, nasi goreng jewawut dari Palembang yang menggunakan jewawut, nasi goreng kagili dari Buton yang menggunakan jagung giling, dan magelangan dari Yogyakarta yang menggunakan campuran nasi dan mi.
Â
Simak juga video menarik berikut ini: