Liputan6.com, Pekanbaru - Umurnya masih tiga tahun ketika harus terpisah dengan kawanannya di hutan Kabupaten Siak. Jerat babi hutan yang tersangkut di kaki kanannya tak bisa membuat gajah betina ini mengikuti gerak kawanannya di perlintasan gajah.
Satwa berbelalai ini hampir saja menemui ajalnya jika tak ditemukan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau. Saat itu, gajah ini sudah dehidrasi dan kelaparan serta terdapat luka menganga yang sudah membusuk di kakinya.
Advertisement
Baca Juga
Kini, gajah bernama Intan ini mendapatkan keluarga baru di Pusat Pelatihan Gajah (PLG) Minas, Siak. Saat ini, ada 16 gajah jinak yang selalu menemani hari-harinya selama masa penyembuhan.
Menurut Kepala BBKSDA Riau Suharyono, kondisi Intan sudah mulai membaik. Luka di kakinya mulai mengering. Dia juga mulai makan banyak meskipun jalannya masih tertatih.
"Diberi juga suplemen khusus gajah dan buah sebagai nutrisi karena masih dalam perawatan tim medis di PLG," kata Suharyono, Selasa, 9 Oktober siang.
Layaknya di hutan, Intan selalu ditemani beberapa gajah dewasa jinak saat makan. Dia pun dilatih berjalan oleh gajah dewasa lainnya supaya bisa bermain dan riang kembali layaknya anak gajah.
"Karena masih pengawasan, harus ditemani gajah dewasa jinak," kata Suharyono.
Â
* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.
Belajar dari Thailand
Ke depannya, Suharyono menyebut BBKSDA akan mempelajari apakah Intan bisa dilepasliarkan lagi ke habitatnya atau akan menjadi penghuni tetap di PLG bersama belasan gajah jinak lainnya.
Menurut Suharyono, di PLG Minas ada 16 gajah jinak, ditambah Intan menjadi 17 ekor. Gajah penghuni PLG ini dulunya gajah liar yang diselamatkan BBKSDA kemudian dilatih untuk mengatasi konflik manusia dengan kawanan satwa bongsor liar.
"Konflik gajah tidak akan bisa ditangani tanpa adanya gajah jinak," sebut Suharyono.
Suharyono menyampaikan, gajah-gajah di PLG sudah sering diturunkan mengatasi konflik gajah di Riau. Intan sendiri ketika ditemukan juga perlu pengiringan oleh gajah jinak untuk masuk ke truk lalu dibawa ke PLG.
Di samping itu, Suharyono menyebut adanya PLG di Riau berkaca dari konflik-konflik gajah di Thailand. Dari negeri Gajah Putih itulah pertama kali ada pelatihan gajah untuk mengatasi konflik di Indonesia.
"Kalau enggak salah itu tahun 80-an pertama kali dilakukan, lalu diadakan PLG di Riau," kata Suharyono.
Sekadar informasi, Intan ditemukan tak berdaya karena luka di kakinya di salah satu hutan tanaman industri di Siak. Awalnya, petugas hanya melepaskan jeratnya dan memantaunya selama beberapa hari.
Tak lama kemudian, BBKSDA memutuskan untuk mengevakuasi Intan karena tidak mampu menemui kawanannya. Pantauan petugas, Intan dan induknya dari kawanan gajah liar berjarak 57 kilometer dan tidak memungkinkan Intan menyusulnya.
Â
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement