Liputan6.com, Pemalang - Cuaca kering dan tiupan angin kencang di musim kemarau menyebabkan benda-benda mudah terbakar. Akibatnya, kesalahan sekecil apa pun bisa memicu kebakaran hebat.
Seperti kakek Munarjan misalnya, di usia sepuh, 70 tahun, ia masih rajin mencari rezeki. Di sela waktunya, ia masih menyempatkan diri memelihara lima ekor kambing.
Tiap hari, kambing-kambing itu diberi makan rumput yang dicarinya untuk mengisi waktu senggang usia tua. Anak-anaknya, telah berkeluarga. Dalam istilah Jawa, disebut sebagai megar, atau berkembang membentuk percabangan-percabangan yang kelak menjadi sebuah keluarga besar.
Advertisement
Di musim kemarau ini, rumput semakin sulit dicari. Sebabnya, kemarau menyebabkan lahan dan hutan kering. Tetapi, Kakek Munarjan tetap sabar untik menelisik ceruk demi ceruk untuk mencari rumput untuk kambing-kambingnya.
Selasa, 2 Oktober 2018, warga Dusun Tlaga Desa Tlagasana Kecamatan Watukumpul geger. Kebakaran terjadi di rumah kakek Munarjan.
Baca Juga
Kandang kambing yang juga berada di sekitar pun habis dilalap api, termasuk lima ekor kambing yang berada di dalamnya. Munarjan tak berhasil menyelamatkan kambing peliharannya.
Munarjan masih beruntung. Ia masih berhasil selamat dalam tragedi kebakaran itu. Hanya saja, ia terluka bakar cukup parah.
"Saat itu korban langsung dibawa ke Puskesmas Watukumpul untuk mendapatkan penanganan pertama karena mengalami luka bakar serius sekitar 40 persen di punggung dan sebagian badan bawah, selanjutnya korban di rujuk di RS Dr Ashari Pemalang," ungkap Kapolsek Watukumpul, Iptu M Subagio.
Memang, umur, jodoh dan rezeki adalah rahasia Tuhan. Manusia hanya bisa berusaha maksimal. Adapun keputusan, tetap di tangan-Nya.
Pada Rabu (10/10/2018) atau tepat sepekan sejak dirawat di RS Dr Ashari, Kakek Munarjan, korban kebakaran, tak bisa bertahan. Ia meninggal dunia.
* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.
Bakar Sampah Sebabkan 0,5 Hektare Kebun Bambu Gosong
Anak kandung Munarjan, Nasikun (45) nampak terpukul dengan kematian ayahnya. Ia tentu berduka lantaran kehilangan orang yang disayanginya.
Akan tetapi, ia berusaha tegar. Baginya, umur adalah rahasia ilahi yang tak bisa ditawar-tawar.
"Meskipun mendapatkan musibah yang telah mengakibatkan kehilangan materiil maupun jiwa, kami akan tetap sabar dan menerima kejadian ini sebagai suatu cobaan,” ucap Nasikun.
Sebagai bentuk kepedulian terhadap warga yang mengalami musibah, Kapolsek bersama jajaran Forkopimcam Watukumpul berempati dengan menyalurkan Bantuan berupa uang duka pada keluarga korban di kantor Kecamatan Watukumpul
"Semoga bantuan yang telah diberikan dapat bermanfaat bagi keluarga korban, diharapkan kedepan pihak terkait juga dapat turut berkontribusi untuk mendonasikan bantuan" ujar Subagio.
Kemarau panjang juga memicu mudahnya perkebunan dan hutan terbakar. Di Cilacap, Jawa Tengah kebun bambu seluas setengah hektar di Desa Cinangsi Kecamatan Gandrungmangu habis terbakar, Minggu malam, 14 Oktober 2018.
Diduga kuat, kebakaran kebun bambu itu disebabkan ada seseorang yang secara sengaja membakar sampah di sekitar kebun. Lantas, si pembakar meninggalkan lokasi. Nahas, api lantas merembet ke kebun milik Wawing.
“Diduga kebun bambu terbakar karena ada warga membakar daun bambu yang sudah kering dan ditinggal pergi sehingga api tersebut cepat merambat dan membakar pohon bambu di sekitarnya karena angin yang cukup kencang” ucap Kapolsek, Minggu, 15 Oktober 2018.
kobaran api pertama kali diketahui sekitar pukul 19.30 WIB. Pada pukul 21.30 WIB, api berhasil dipadamkan usai polisi, perhutani dan warga memadamkan dengan alat seadanya.
Sayang, ribuan batang bambu telah hangus terbakar. Namun, untungnya, api tak merembet ke area kebun lainnya.
“Mohon kepada warga masyarakat terutama di sekitar hutan dan perkebunan jangan membakar sampah dan membuang putung rokok sembarangan karena dapat menyebabkan kebakaran,” dia mengimbau.
Advertisement