Sukses

Pemkab Banyuwangi Yakin Festival Gandrung Dongkrak Ekonomi Warga

Festival Gandrung Sewu bakal digelar dalam waktu dekat di Banyuwangi.

Liputan6.com, Banyuwangi - Akhir pekan ini, 20 Oktober 2018, Banyuwangi akan menggelar Festival Gandrung Sewu. Gelaran ke-tujuh kalinya ini akan menampilkan seribu penari gandrung dan hiburan menarik lainnya. Pemkab setempat bahkan meyakini, gelaran ini mampu menggerakkan ekonomi lokal serta menjadi media yang tepat untuk mempelajari sejarah kepahlawanan.

Kepala Dinas Pariwisata MY Bramuda menurut informasi yang diterima Liputan6.com, Kamis (18/10/2018) mengatakan, acara ini berdampak positif ke ekonomi lokal, ada ribuan warga yang menerima berkah ekonominya, mulai warung, jasa transportasi, restoran, homestay, hotel, sampai UMKM produsen oleh-oleh.

Dia menjelaskan, kedatangan ribuan wisatawan dalam dan luar negeri secara langsung ikut menambah pendapatan warga Banyuwangi.

"Semoga ini bisa terus meningkat dan ikut menciptakan peluang ekonomi bagi warga," ujarnya.

Tari Gandrung sendiri adalah tari khas daerah yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Bukan Benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Di masa kolonialisme, Tari Gandrung adalah bagian tak terpisahkan dari taktik untuk melawan penjajahan. Bramuda menjelaskan, tahun ini, pergelaran Gandrung Sewu mengangkat tema “Layar Kumendung”.

Penonton tidak hanya akan menyaksikan kemegahan tarian, tapi juga fragmen drama kepahlawanan yang menyertainya. Pertunjukan ini melibatkan sebanyak 1173 penari, 64 penampil fragmen, dan 65 pemusik.

"Di pertunjukkan ini koreografi tarian akan diselingi dengan fragmen drama Layar Kumendung dengan perbandingan 70 persen tarian dan 30 persen fragmen. Dijamin pertunjukan Gandrung Sewu akan semakin menarik," ujar Bramuda.

Tema Layar Kumendung merupakan salah satu judul tembang yang menjadi pengiring pada tari Gandrung. Tema ini masih berkaitan dengan tema di tahun-tahun sebelumnya yang juga mengangkat gending-gending pengiring Gandrung seperti Podo Nonton, Seblang Lukinto, dan Kembang Pepe.

Tema Layar Kumendung yang diangkat pada tahun ini, lanjut Bramuda, akan menampilkan kisah heroisme Bupati pertama Banyuwangi Raden Mas Alit dalam menentang pendudukan VOC Belanda. Meski kemudian Raden Mas Alit harus gugur dalam sebuah ekspedisi pelayaran (Layar) hingga menyebabkan kesedihan (Kumendung) bagi rakyat Banyuwangi.

Nantinya kisah kepahlawanan itu dikemas dalam fragmen menarik, sehingga pertunjukan ini tidak sekadar peristiwa seni dan budaya, tapi juga menjadi media untuk kembali mengingat sejarah pahlawan yang telah berjasa bagi daerah ini. Sehingga semua orang bisa terus mencintai Banyuwangi serta tergerak untuk memajukannya.

 

Simak juga video pilihan berikut ini: