Liputan6.com, Banyumas - Awal musim penghujan biasanya disambut gembira masyarakat. Gemuruh air yang jatuh dari langit adalah berkah dan menadai kembali bergulirnya perekonomian masyarakat di negeri agraris.
Akan tetapi, hujan juga membawa malapetaka di Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas. Pasalnya, air Sungai Prukut dan sejumlah sungai lain yang bening pada musim kemarau sontak berubah keruh.
Air Sungai Prukut berlumpur kecoklatan sejak turun hujan lebat di hulu sungai, lereng Gunung Slamet, di mana proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi atau PLTP Baturraden tengah berjalan. Sedimen bekas ekplorasi PLTP ini membanjir hingga hilir dan berdampak ke kehidupan warga Cilongok.
Advertisement
Baca Juga
Salah satunya, di Desa Karangtengah. Di desa ini, Sungai Prukut digunakan sebagai sumber air bersih, pengairan kolam ikan dan pertanian. Sejumlah sektor ekonomi lainnya juga bergantung pada aliran sungai ini.
Masyarakat di sejumlah wilayah Kecamatan clongok, Jawa Tengah resah dengan kembali keruhnya air Sungai Prukut akibat aktivitas PLTP Baturraden bersamaan dengan turunnya hujan di awal musim ini.
Sekretaris Desa Karangtengah, Agus Sulistiyanto mengatakan hujan lebat yang turun pada awal pekan ini menyebabkan air Sungai Prukut keruh dan tak bisa digunakan. Tetapi, sampai Kamis, 25 Oktober 2018, belum ada penjelasan dari pelaksana proyek PLTP Baturraden, PT SAE.
"Sampai sekarang juga masih keruh. Sudah empat hari. Begitu hujan langsung keruh. Ya belum ada, tidak ada penjelasan musim hujan, kemarin pas musim kemarau, juga tidak ada apa-apa," katanya.
Ia pun kecewa dengan kembali keruhnya sungai. Apalagi sungai sangat penting bagi warga Cilongok. Dan PT SAE sudah sempat menjanjikan akan memperbaiki tata kelola sehingga bisa mengurangi dampak ekplorasi PLTP Baturraden.
Berdampak Luas, Bagaimana Kompensasi PTLP Baturraden?
"Kemarin ada pengerukan lumpur di sungai, itu sebelum hujan. Tapi setelah hujan tetap keruh," ucapnya.
Agus mengungkapkan, sejak ekplorasi PLTP Baturraden dimulai sekitar dua tahun lalu, sebanyak enam desa di Kecamatan cilongok telah terdampak. Bahkan, kini dampak itu semakin meluas hingga Kecamatan Pekuncen, Banyumas.
Enam desa itu yakni, Karangtengah, Sikidang, Kalisari, Panembangan Pernasidi, dan Desa Sambirata di Kecamatan Cilongok serta Desa Cikembulan Kecamatan Pekuncen.
Keruhnya Sungai Prukut berdampak pada perekonomian dan mengganggu suplai air bersih beberapa desa sekaligus. Kolam ikan, peternakan dan industri adalah sektor perekonomian yang paling terpukul.
"Ya terhenti. Setidaknya sangat terganggu," dia menjelaskan.
Agus mengakui, PT SAE telah memberi kompensasi kepada masyarakat yang kolamnya terdampak. Warga yang mengandalkan suplai air bersih dari Sungai Prukut pun sudah dikirimi air bersih pada kemarau kemarin.
Namun, menurut dia, kompensasi PT SAE untuk dampak di sektor lainnya belum tertunaikan. Salah satunya, dampak PLTP terhadap persawahan di desa-desa di Kecamatan Cilongok.
proyek PLTP Baturraden telah berdampak berubahnya struktur tanah di ratusan hektare sawah desa-desa di Kecamatan Cilongok dan Pekuncen. Lumpur sawah kini bercampur dengan pasir sehingga keras.
Akibatnya, kesuburan sawah pun berkurang drastis. Ongkos pengolahan lahan pun bertambah tinggi lantaran tanah lebih sulit diolah.
"Itu tukang traktornya pada males, karena lumpurnya keras bercampur pasir kemarin. Katanya akan ada ganti rugi untuk sawah yang kena pasir, tapi sampai sekarang juga belum," dia menenerangkan.
Ia meminta agar PT SAE segera mengantisipasi dampak keruhnya Sungai Prukut dan dampak lainnya. Ia pun meminta agar masyarakat yang terdampak mendapatkan kompensasi. Dengan begitu, reaksi atau gejolak di masyarakat bisa diantisipasi.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement