Liputan6.com, Palembang - Peristiwa satu keluarga tewas di Komplek Kebun Sirih, Bukit Sangkal Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel), pada hari Rabu (24/10/2018) ternyata sudah menunjukkan tanda-tanda aneh sebelumnya.
Satu hari sebelum bunuh diri dan membunuh istrinya MG (42) dan kedua anaknya RF (18) dan KT (11), FR (45) sempat memanggil seluruh karyawannya satu persatu.
Dewi Safitri (28), salah satu asisten rumah tangga FR sempat dipanggil pada hari Selasa (23/10/2018) sore, sekitar pukul 18.00 WIB di dalam rumah. Owner CV Frantincom menanyakan sudah berapa lama Dewi bekerja dengannya.
Advertisement
"Bapak nanya sudah berapa lama jadi asisten rumah tangganya, saya jawab sudah dua tahun. Dia lalu mengambil puluhan lembar uang dan diberikannya ke saya. Totalnya ada Rp 2 Juta," ujarnya kepada Liputan6.com, Kamis 28 Oktober 2018.
Baca Juga
Dia pun sempat heran mengapa majikannya tiba-tiba memberinya uang tanpa alasan apapun. Padahal gajinya selama satu bulan sebesar Rp 1,5 Juta cukup besar. Apalagi setiap hari dia bersama adiknya Sarah, diberi uang jajan sebesar Rp 50.000 hingga Rp 100.000.
Malam harinya, FR mengumpulkan semua karyawan lainnya untuk berbincang-bincang di depan kantornya, yang bersebelahan dengan rumahnya. Percakapan yang dimulai pukul 19.00 WIB hingga 21.00 WIB tidak menunjukkan gelagat mencurigakan apapun.
Namun FR sempat memberikan hadiah kepada karyawannya, salah satunya burung peliharaannya dan cincin batu akik kesayangannya, sebelum tewasnya satu keluarga ini.
Saat mengetahui KT dan RF sudah tewas di kamarnya pada Rabu pagi, Dewi berusaha menghubungi ponsel FR namun tidak diangkat. Dewi dan Sarah akhirnya naik ke lantai dua untuk mengecek kondisi kedua majikannya tersebut. Sayangnya, pintu kamar majikannya terkunci.
Mereka berdua akhirnya meminta tolong kepada warga setempat dan ketua RT 05 Purwanto, dan langsung menghubungi pihak kepolisian, untuk melaporkan peristiwa satu keluarga tewas secara mengenaskan.
Karena pintu kamar FR terkunci, warga dan anggota kepolisian masuk dari jendela kamar FR. Pasangan suami istri (pasutri) ini ditemukan tidak bernyawa di atas tempat tidurnya.
Pendiam di Sekolah
Menurut Mustar, sopir pribadi anak FR, majikannya tidak ada kendala apapun dalam bisnis. Memang beberapa kali bangun usaha di sparepart komputer dengan label Interdata. Namun usaha yang jatuh bangun hingga dua kali ini, akhirnya ditutup.
"Kalau sekarang usahanya sedang bagus-bagusnya, supliyer alat perkantoran. Saya dengar juga bapak sedang membangun pabrik pupuk di luar kota. Kalau ribut-ribut, saya tidak pernah dengar," ungkapnya.
Sebelum kejadian, Nobertus Rico, guru olahraga di SD Xaverius 1 Palembang tempat KT bersekolah, merasa aneh dengan tingkah siswanya.
"Dia lebih diam dan memilih duduk bersama saya dan melihat teman-temannya olahraga saja. Saat saya mau buang sampah, dia pun mengikuti saya. Tapi tidak ada firasat apapun, karena anaknya memang pendiam. Ketemu juga dengan bapaknya, tidak ada mengobrol, dia hanya senyum saja," ungkapnya.
Sedangkan RF, siswa kelas 2 SMA Methodis 1 Palembang dikenal sebagai pribadi yang supel dan punya banyak teman. Siswa pindahan dari SMA Xaverius 3 ini selalu diantar jemput oleh sopirnya setiap hari.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement