Bandung - Pasca-gempa dan tsunami yang melanda Palu, Sigi, dan Donggala, banyak wilayah di Indonesia meningkatkan kewaspadaannya. Salah satunya adalah Lembang Bandung. Seperti diketahui Bandung menjadi kawasan yang rawan gempa lantaran di wilayah tersebut terdapat sesar Lembang.
Berikut fakta-fakta yang lain seputar sesar Lembang yang perlu Anda ketahui, seperti dikutip laman AyoBandung.com, Jumat (26/10/2018).
Baca Juga
1. Panjangnya 29 km
Advertisement
Peneliti kegempaan ITB, Irwan Meilano mengatakan, sesar Lembang merupakan patahan geser aktif yang membentang sepanjang 29 kilometer dari titik nol di ujung barat Kota Bandung (area Cimahi dan Kecamatan Ngamprah) hingga ke sisi timur Bandung (Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung dan sebagian area Jatinangor, Kabupaten Sumedang).
Baca juga berita AyoBandung.com lainnya di sini.
2. Lempeng bergerak 3 mm per tahun
Dari hasil penelitian sejumlah ilmuwan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dapat dipahami bahwa patahan ini bergerak sebanyak 3 mm hingga 5 mm setiap tahunnya. Angka ini termasuk ke dalam kategori pergerakan kecil. Sesar Lembang bergerak dengan pola geser ke kiri, namun pada bagian sesar yang berbelok di sejumlah titik, pola gerak menjadi naik.
Advertisement
3. Terakhir gempa 500 tahun lalu
Peneliti gempa dari LIPI, Mudrik Rahmawan Daryono, menjelaskan, hingga saat ini, tercatat ada dua sejarah kejadian gempa besar di Sesar Lembang. Kedua gempa tersebut terjadi pada abad ke-60 SM dan abad ke-15.
Meski demikian, dari penelitian tersebut belum dapat diketahui interval pasti kejadian gempa Sesar Lembang. Oleh karena itu, perlu penelitian lebih mendalam dan menyeluruh untuk mengetahui "ulang tahun gempa" Sesar Lembang.
Hal yang sudah dapat disimpulkan saat ini adalah, Sesar Lembang telah memasuki akhir siklus gempanya dan mulai mengeluarkan energi yang tersisa.
4. Potensi gempa hingga 7 SR
Irwan Meilano mengatakan, berkaca dari magnitudo gempa yang lalu, potensi gempa Sesar Lembang bisa mencapai 6,5-7 Skala Richter. Pasalnya, gempa di kawasan tersebut sebelumnya berkekuatan lebih dari 6 SR.
Advertisement
5. Ancaman amplifikasi
Peneliti Puslit Geoteknologi LIPI, Adrin Tohari, menjelaskan, sifat permukaan tanah di Kota Bandung berbeda dengan Palu dan sekitarnya sehingga tidak ada potensi likuifaksi.
"Dari hasil penelitian kami, Cekungan Bandung didominasi tanah lempung, sehingga tidak ada potensi likuefaksi. Yang bermasalah, tanah lempung akan memperkuat guncangan gempa ke permukaan," jelasnya.
Penguatan guncangan alias amplifikasi menyebabkan getaran seismik terasa lebih kuat di permukaan tanah, sekaligus berpotensi memperparah kerusakan akibat guncangan gempa.
Simak juga video pilihan berikut ini: