Liputan6.com, Cilacap - Warga Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah heboh tatkala seorang warga Kalikudi Kecamatan Adipala menemukan situs batu bata kuno berukuran jumbo, September 2018 lalu.
Berbagai dugaan muncul, mulai prediksi logis hingga dugaan-dugaan yang tak masuk akal alias mistis. Ada yang menduga, tumpukan batu bata raksasa itu adalah material pembangunan kota lama Cilacap, termasuk Benteng Pendem yang dibangun pada masa kolonial Belanda.
Ada pula yang mengira, situs itu adalah bekas candi atau makam. Tak ada yang salah dengan dugaan itu, lantaran belum ada penelitian yang komprehensif oleh ahlinya.
Advertisement
Sebab itu, 25 Oktober 2018 lalu, Tim Peneliti Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB) Jateng-DIY tiba dan meneliti situs batu bata kuno ini. Sayangnya, lantaran sedikit telat, sawah telah berisi air sehingga sulit digali untuk megetahui keseluruhan bangunan.
Baca Juga
"Sampel sudah dibawa oleh tim BPCB. Ada batu bata yang utuh, ada juga yang patahan. Dibawa ke laboratorium," kata Kunthang Sunardi, Pemangku Adat Paguyuban Adat Tradisi Anak Putu atau ATAP Kalikudi, Rabu, 31 Oktober 2018.
Belum lagi hilang penasaran, warga Kalikudi Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah kembali heboh oleh penemuan atefak kuno di sekitar situs batu bata kuno berukuran jumbo ini.
Temuan itu berupa batu berbentuk kombinasi bulat memanjang, tetapi ada bagian yang dipipihkan membentuk persegi. Miskam, sang pemilik sawah, menemukan dua batu yang diduga patahan dari satu artefak.
Ketua Paguyuban Adat Rasa Sejati, Kalikudi, Nakam Wimbo Prawiro mengatakan batu tersebut ditemukan sekitar 50 sentimeter sebelah barat situs batu bata kuno yang kini sudah dipagar pengaman.
"Masih di sekitar situ. Dekat masih mepet," kata Nakam.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Artefak Batu di Sekitar Situs Batu Bata Kuno Raksasa
Saat itu, pemilik sawah, Miskam hendak menggarap sawahnya. Namun, ia terpeleset benda licin yang berada sekitar setengah meter di bawah permukaan lumpur.
Dibantu oleh beberapa warga lainnya, Miskam mengangkat batu tersebut. Ternyata, batu dengan ukuran kurang lebih 40 sentimeter dan panjang 50 sentimeter itu patah. Miskam kemudian mencari patahannya dan akhirnya ditemukan di lokasi yang sama.
"Kan gara-gara kepeleset, mau digarap, tanah sekitarnya. Kalau yang lokasi situs itu kan memang tidak digarap. Ternyata di bawahnya itu ada batu besar," Nakam menjelaskan.
Temuan artefak kuno ini pun lantas dilaporkan ke pemerintah desa. Rencananya, kedua batu itu hendak dievakuasi.
Namun, setelah berkoordinasi dengan BPCB, evakuasi dibatalkan. BPCB menyarankan agar batu tersebut diletakkan di tempat asalnya.
"Ya dikembalikan lagi. Nanti akan diteliti lagi," dia mengungkapkan.
Nakam mengungkapkan, saat pengangkatan batu bata kuno itu, Miskam juga sempat menusuk bagian lumpur di mana ditemukan batu ini. Tongkatnya menyentuh benda keras. Namun, lantaran keruh, Miskam belum bisa memastikan benda keras yang mengenai tongkatnya.
"Ditusuk ternyata bawahnya keras. Mungkin batu lagi, atau tumpukan bata kuno lain," dia menerangkan.
Advertisement
Temuan Batu Bata Kuno Raksasa di Lokasi Berbeda
Dilihat dari bentuknya, Nakam yakin batu tersebut bukan bentukan alam, melainkan dibentuk oleh manusia. Hal itu terlihat dari kerapian bentuk pipihan dan ujungnya ya membentuk ujung tumpul kapsul.
Artefak ini terbuat dari batu putih sejenis padas. "Bukan batu koral, ini lebih lunak," Nakam menambahkan.
Bentuk batu seperti itu, ujar dia, diduga adalah nisan makam. Akan tetapi, untuk kepastiannya, ia mesti menunggu hasil kajian BPCB.
Menurut Nakam, BPCB juga sudah turun ke lokasi pekan lalu, persis sebelum warga kembali menemukan artefak kuno ini. Sayangnya, saat itu situs sudah kadung terendam air.
Karenanya, di lapangan tim tak bisa berbuat banyak. BPCB akhirnya hanya membawa sampel batu bata berukuran raksasa itu untuk diteliti di laboratorium.
Hingga saat ini, ia belum menerima informasi mengenai situs batu bata kuno dari BPCB. Karenanya, ia enggan berspekluasi lebih jauh.
Pemangku Adat ATAP, Kunthang Sunardi menambahkan, selain temuan situs batu bata jumbo kuno, pekan lalu warga Kalikudi lainnya, Kalim Gunadi yang sawahnya berimpitan dengan lokasi penemuan situs batu bata kuno juga mengaku pernah menemukan batu bata dengan ukuran sejenis beberapa tahun sebelumnya.
Letaknya sekitar 10 meter dari situs batu bata kuno yang ditemukan sekarang. Namun, lantaran dianggap tak penting, batu bata tersebut dibiarkan begitu saja.
Saat ini, Gunadi juga sedang mencari lokasi penemuan batu bata kuno di sawahnya, yang bisa jadi adalah bagian dari situs batu bata di sawah sebelahnya.
"Kalau sudah ketemu nanti dilaporkan," Kunthang mengungkapkan.