Liputan6.com, Cilacap - Turyono (38) girang bukan kepalang tatkala senar pancingnya menegang. Sepertinya ada ikan besar mencaplok umpannya saat memancing di kolam milik petambak ikan di Madusari Kecamatan Wanareja, Cilacap, Jawa Tengah.
Lantas, tali pancing tertarik ke bawah rerimbunan kangkung. Joran Tegek tipis itu melengkung hebat, nyaris tak kuat menahan kuatnya tarikan ikan.
Ia mesti lihai mengendalikan tarik ulur dengan ikan yang bergerak liar. Salah sedikit, putus lah tali pancing. Ia tak tahu bahwa yang menarik tali pancingnya adalah ikan predator.
Advertisement
Perlahan namun pasti, dua sampai tiga menit kemudian ikan berhasil diangkat. Mula-mula, kami mengiranya ikan Nila atau Betik berukuran besar. Warnanya gelap, dengan tubuh pipih dan sirip tajam menantang.
Baca Juga
Setelah diangkat, ternyata ikan itu bukan lah Nila atau Betik. Bentuknya mirip dengan jenis ikan Louhan (Amphilophus trimaculatus), ikan yang beberapa tahun lampau sempat menjadi primadona pehobi ikan hias.
Motif semacam huruf kanji masih terlihat jelas di sisik tubuhnya. Bercak warna merah kehijauan juga menunjukkan bahwa ikan ini memang ikan Louhan.
Hanya saja, kepalanya tak lagi menonjol. Kepala ikan ini lebih mirip Nila. Pipih biasa.
"Buang, buang saja ke kali," kata Hizi Firmansyah, si pemilik kolam, buru-buru. Ia menganggap Louhan sebagai ikan predator.
Tetapi tentu sayang jika ikan Louhan yang lumayan besar ini dibunuh dan dilempar ke kali. Maka ikan ini pun dimasukkan ke keranjang, bersama puluhan ikan lain yang berhasil ditangkap.
Ternyata, ini bukan satu-satunya Louhan yang tertangkap. Selama tiga jam memancing di kolam itu, lima Louhan berbagai ukuran berhasil terjerat mata kail.
"Rasanya nggak enak," ucap Hizi, beralasan kenapa ikan Louhan itu mesti dibuang setelah dibunuh.
Ukuran sebenarnya tak sebegitu besar, paling hanya setelapak tangan. Tetapi, tenaganya memang luar biasa.
Rupanya, bagi petambak ikan seperti Hizi, Louhan sudah menjadi hama atau ikan predator. Ia memakan ikan lain yang berada di kolam yang sama dan bersifat dominan.
Ikan Louhan Bisa Kawin Silang dengan Nila?
Bisa dimengerti Hizi begitu gembira sekaligus gusar ketika melihat ikan Louhan tertangkap. Sebab, ikan Louhan itu adalah ikan invasif yang justru mengalahkan ikan yang dibudidayakan.
Bahkan, saking massifnya persebaran Louhan di kolam petambak ikan Madusari, Hizi menduga Louhan bisa kawin silang dengan Nila dan memunculkan jenis baru atau Hibdrida. Yang berhasil dijerat kail siang itu adalah salah satu jenis hibrid.
"Kalau sudah tua dan jantan baru keluar jambulnya. Ini sudah kawin silang, tapi buasnya tidak hilang," dia menerangkan, beberapa waktu lalu.
Ikan louhan kini bersanding bersama ikan Gabus, Lele Jawa, Sidat, Belut, sebagai musuh pembenih ikan. Hanya saja, lantaran rasanya yang tak enak, Louhan sama sekali tak digemari.
Penasaran dengan rasa ikan Louhan yang disebut tak enak, lima ekor ikan Louhan itu langsung dibakar di pinggir kolam, bersama dengan ikan-ikan tangkapan lainnya. Sayang jika dibuang begitu saja.
Daging ikan Louhan bakar sebenarnya bertekstur bagus. Dagingnya lumayan tebal, dengan daging sedikit kenyal.
Tetapi, rasanya cenderung hambar. Bagi penikmat kuliner, tentu rasa hambar semacam itu tak diminati. Singkat kata, Louhan yang mula-mula masuk ke Indonesia sebagai ikan hias kini sudah menjadi musuh petambak ikan. Nilai ekonomis yang rendah membuat petambak ikan enggan memelihara, apalagi membudidayakan Louhan.
Sekretaris Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Benih Ikan atau BBI Majenang, Coto Susyanto membenarkan ikan Louhan sudah mudah ditemui di kolam ikan petambak di wilayahnya. Namun, ia belum mengetahui apakah sudah pernah ada pendataan terkait ikan invasif ini.
Advertisement
Riwayat Invasi Ikan Louhan di Waduk Sempor Kebumen
Manurut dia, sepengetahuannya, BBI Majenang memang pernah mendata ikan invasif. Namun, terbatas pada ikan Aligator Gar (Atractosteus Spatula) dan Arapaima (Arapaima Gigas).
"Jumlahnya hanya satu dua, tidak signifikan. Itu dipelihara oleh warga saja, bukan di kolam," Coto mengungkapkan.
Meski begitu, ia membenarkan bahwa ikan Louhan berpotensi menjadi predator yang mengganggu ekosistem kolam. Tetapi, ia juga menyebut, sebetulnya ikan Nila pun bisa menjadi predator bagi ikan-ikan kecil lainnya.
Dia juga mengimbau jika warga menangkap ikan di kolam agar jangan dikembalikan lagi ke kolam. Lebih baik, ikan dimasak atau dibunuh.
"Kalau yang menangkap petani yang dibunuh, terus dibuang," dia menambahkan.
Coto menduga, ikan Louhan bisa menyebar dengan cepat di perairan air tawar lantaran pernah dibudidayakan. Kemungkinan besar, pehobi ikan berusaha memperbanyak ikan Louhan yang sempat jadi ikan hias idaman, namun tidak terkontrol.
"Mungkin tadinya iseng, dilepasin ke kolam. Ternyata beranak pinak," kata Coto.
Dikutip dari website Kementerian Perikanan dan Kelautan (KKP), ikan Louhan pernah menginvasi Waduk Sempor, Kebumen, Jawa Tengah. Ikan Louhan menyebabkan kerugian ekologi dan ekonomi.
Yaitu mendominasi struktur komunitas ikan dan menurunkan hasil tangkapan jenis ikan ekonomis digantikan dominasi ikan Louhan yang kurang bernilai ekonomis.
Karenanya, KKP terus meneliti perkembangbiakan dan persebaran ikan Louhan yang berpotensi menjadi ikan invasif di perairan di Indonesia. Salah satunya di Danau Matano, danau purba di Kompleks Danau Malili, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
Danau ini memiliki keanekaragaman hayati yang unik dan tingkat endemisitas tinggi. Ikan Louhan yang dikenal dengan nama Flowerhorn cichlid, merupakan jenis ikan hias dari famili Cichlidae yang telah masuk ke perairan Danau Matano dan dapat mengancam keberadaan jenis-jenis ikan endemik.
Saksikan video pilihan berikut ini: