Liputan6.com, Cirebon - Bulan Safar dianggap sebagai bulan yang penuh sial bagi kalangan masyarakat di Cirebon. Biasanya, cobaan dan bencana alam datang pada setiap akhir bulan safar dalam kalender jawa.
Untuk mengantisipasi hal itu, keluarga Keraton Kanoman Cirebon membagikan kue apem kepada masyarakat. Namun demikian, ada tradisi lain yang dilakukan keluarga besar Kasultanan Kanoman Cirebon selama bulan safar.
Advertisement
Baca Juga
Keluarga Keraton Kanoman Cirebon dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat tinggi selama 40 hari terhitung sejak 1 Safar.
"Tidak makan nasi atau umbi-umbian bahkan minumnya hanya air putih saja secara ideal," ujar Juru Bicara Keraton Kanoman Cirebon Ratu Raja Arimbi Nurtina, Rabu (7/11/2018).
Dia menjelaskan tradisi tersebut sudah turun temurun dilakukan sejak zaman Sunan Gunung Jati. Alasan utama tidak makan makanan mengandung karbohidrat adalah kesehatan.
Arimbi menjelaskan, secara simbolis, tradisi menjaga pola makan tersebut sebagai bagian dari introspeksi diri. Sehingga diharapkan keluarga besar Kanoman dapat lebih bijak dan tidak menyakiti banyak orang.
"Ya anggaplah diet sehat dan selama 40 hari kita menjadi vegetarian tidak ada ritual khusus hanya membaca Solawat saja," kata dia.
Arimbi mengaku, tradisi yang dijalankan turun temurun itu sangat terasa manfaatnya. Dia mengatakan, Keraton Kanoman Cirebon kerap menjalankan tradisi tersebut setiap satu tahun sekali.
"Badan lebih ringan fikiran jenih lebih enak dan sehat," sambung dia.
Bagikan Apem
Kue apem diyakini sebagai penolak bala atau sial selama bulan Safar di Cirebon. Pada akhir bulan Safar dalam kalender jawa, sebagian meyakini sebagai bulan yang penuh sial.
Biasanya, cobaan dan bencana alam datang pada setiap akhir Bulan Safar.
"Dipunahkannya dengan kue apem yang diyakini sebagai penolak bala," kata Patih Keraton Kanoman Cirebon Pangeran Raja Moch Qodiran.
Kue apem yang dibuat keluarga keraton langsung dibagikan gratis kepada masyarakat yang datang. Dalam tradisi ngapem, keluarga keraton bersama warga berdoa bersama di bangsal Paseban Keraton Kanoman Cirebon.
Doa tersebut sebagai bagian dari upaya manusia memohon kepada pencipta agar tidak ada bencana.
"Bulan Safar biasanya banyak kejadian yang tidak mengenakan yang melibatkan tokoh Islam. Seperti tragedi cucunya Rasul kan di Karbala pada bulan Safar," ujar dia.
Dia mengatakan, tradisi ngapem yang dirangkaikan dengan Tawurji hanya ada di Cirebon. Baik keraton maupun warga Cirebon pada umumnya membuat kue Apem untuk dibagikan gratis kepada masyarakat umum.
"Dulu ngapem dilakukan perorangan tiap akhir Safar orang mandi apem dan apemnya dikasih ke kucing atau binatng yang ada di sekeliling. Sekarang ngapem baren warga sekitar," ucap dia.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement