Bali - Warganet Bali tengah dihebohkan dengan video yang menggambarkan Tari Pendet diubah menjadi banyolan sebagai bahan lucu-lucuan.
Terkait kasus ini, Budayawan Bali Komang Indra Wirawan turut angkat bicara. Menurutnya memang benar dalam kesenian ada istilah tanpa batas, namun yang terjadi belakangan banyak pelaku seni tidak pas memposisikan karya seninya sehingga menjadi bahan olok-olok dan terkesanmelecehkan.
Advertisement
Baca Juga
"Boleh saja membawakan sebuah tari dengan disisipi unsur babanyolan. Tapi jangan menggunakan tarian yang baku atau sudah memiliki pakem,” ungkap Komang Wirawan seperti dikutip dari laman Jawapos.
Sebelumnya dalam video yang tersebar di media sosial, sejumlah pria berpakaian seperti penari Pendet, membawakan tarian Pendet lengkap dengan iringan gamelan Tari Pendet. Namun bentuk tariannya berbeda dari pakem tari tersebut.
"Tari Pendet itu dibuat dengan tujuan sebagai sarana persembahan. Secara tidak langsung, kita sendiri yang tidak bisa menghargai budaya dan warisan nenek moyang," ujarnya.
Wirawan menegaskan, boleh saja para pelaku seni menampilkan pertunjukan sebagai hiburan, tapi tidak boleh menggunakan tarian yang baku.
"Buatlah tarian baru yang tidak memiliki pakem khusus seperti Pendet, tarian dan gambelannya dibuat memang khusus untuk pertunjukan yang bertujuan untuk babanyolan. Selain menghindari pandangan miring, dengan membuat tarian sendiri, kita secara tidak langsung menghargai karya seni orang lain. Apakah kita senang jika karya kita dirusak dan dibuat lucu lucuan," tanyanya.
Dalam video berdurasi satu menit tersebut, terlihat para lelaki mengenakan pakaian Tari Pendet dengan improvisasi menggunakan buah pisang. Di tengah-tengah pertunjukan, para penari lelaki tersebut melahap pisang susu yang sedari awal dilahapnya. Tak hanya mengenakan pakaian khas penari Pendet, mereka juga menggunakan gamelan dan bokoran berisi bunga khas pakem Tari Pendet.
"Menurut saya cara seperti itu keliru, karena si seniman tidak pas memposisikan diri mementaskan tarian Pendet, tarian baku untuk sebuah banyolan atau lelucon. Cara tersebut secara tidak langsung akan menghilangkan karakter atau tujuan asli dari tarian tersebut.Sebaiknya buat tarian yang memang khusus untuk hiburan,tanpa merusak tatanan yang sudah ada," tegasnya.
Ia juga mengimbau kepada para pelaku seni untuk tidak keluar dari proses ruang dan waktu.
"Seni itu proses rasa, tapi kita juga harus bisa memposisikan diri. Tidak serta merta demi kebebasan jadi kebablasan," tandasnya.
Baca juga berita lainnya di Jawapos.com.
Simak juga video pilihan berikut ini: