Sukses

Kreativitas Warga Binaan Lapas Pohuwato Ekspor Sabut Kelapa ke Cina

Didalam penjara bukanlah salah satu alasan untuk tidak berkreativitas, seperti halnya yang dilakukan oleh warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Pohuwato.

Liputan6.com, Gorontalo - Didalam penjara bukanlah salah satu alasan untuk tidak berkreativitas, seperti halnya yang dilakukan narapidana Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Pohuwato, Gorontalo. Kali ini mereka berhasil mengirim puluhan ton coco fiber ke negeri cina yang merupakan hasil karya tangan para narapidana, Jumat 16 November 2018.

Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Pohuwato, Gorontalo, melakukan ekspor sabut kelapa (coco fiber) perdana di Wuhan, Cina melalui Pelabuhan Gorontalo, Provinsi Gorontalo.

Kepala Lapas Pohuwato, Rusdedy mengatakan, produksi coco fiber sangat cocok diberdayakan di Lapas tersebut dan merupakan industri yang sifatnya padar karya.

"Ini merupakan salah satu skil untuk memberdayakan warga binaan, agar mereka ketika keluar nanti sudah memiliki skill dan siap di dunia kerja," ujarnya.

Ia menjelaskan, jika untuk mengolah industri ini memang tidak membutuhkan keahlian khusus, sehingga yang dibutuhkan adalah tenaga kerja yang banyak.

"Industri ini sangat cocok bagi warga binaan, selain mereka berjumlah banyak, mereka juga punya kemauan untuk bekerja," ucap Rusdendy.

Ia menjelaskan, di Lapas Pohuwato jumlah warga binaan yang bekerja itu sekitar 67 orang. Selain kegiatan industri coco fiber, kegiatan lainnya seperti perbengkelan, peternakan, perkebunan juga ditunjang. Karena setiap warga binaan punya bakat dan minat yang berbeda.

"Jika mereka (napi) punya bakat baik di peternakan, perkebunan maka kita akan arahkan kesana. Rencana ke depan kita melakukan pengiriman sampai 16 kontainer perbulan. Ada tiga negara yang menginginkaN, yaitu Slovenia, Korea Selatan, dan Cina," ungkapnya.

2 dari 2 halaman

Dikirim ke Cina

Ia menambahkan, untuk pengiriman setiap kontainer berisi 18-20 ton. Dan pada ekspor yang perdana dikirim ke Cina,secara langsung lewat Pelabuhan Gorontalo, karena sebelumnya hanya dijual ke pihak ke tiga.Rusdaedy menambahakan, produksi olahan kelapa itu menjanjikan dengan perputaran uang yang lebih cepat dibandingkan hanya menggarap pertanian atau peternakan. Bahkan, produk tersebut diminati konsumen luar negeri.

Saat ini, Lapas yang bekerja sama dengan pemerintah daerah, telah sepakat untuk memasok coco fiber ke empat negara, yakni Maroko, Jerman, Jepang, dan Spanyol. Para warga binaan lah yang menjadi tumpuan.

Terkait dengan ini warga binaan sudah bisa manfaatkan kesempatan untuk bekerja seperti mereka bekerja di luar. Jadi, selain mendapat keterampilan juga mendapatkan upah layaknya karyawan pabrik. Pola itu sudah berjalan sejak 2017."Program ini baik sekali, efeknya warga binaan di dalam Lapas cenderung lebih baik, aman dan tentram layaknya rumah mereka masing-masing. Di samping itu, mereka bisa membantu keluarganya karena mereka bekerja bisa digaji," ujarnya.

Dalam kurun waktu dua bulan ke depan, Lapas akan membangun pabrik pengolahan sabut kelapa itu. Gedung pabrik itu diharapkan bisa membantu melatih para narapidana menjadi seorang perajin secara optimal."Pembangunan gedung pabrik industri pengolahan sabut kelapa menjadi coco fiber dan coco peat, terintegrasi dengan gedung Lapas Pohuwato," kata Rusdedy.

Salah satu yang mendapat manfaat dari produksi coco fiber adalah Loka (36). Ia mengaku sangat bersyukur dengan adanya program Lapas Industri Pohuwato ini. Selain bisa mendapatkan penghasilan, ia juga mendapatkan keterampilan.

"Bagi saya, berada di balik jeruji besi bukanlah salah satu penghalang untuk kita bekerja, dan alhamdulillah, meskipun saya berada di dalam lapas ini, saya bisa menghidupi keluarga, istri, dan anak dengan upah dari lapas industri ini," ucapnya.

Saksikan video pilihan berikut ini: