Sukses

Bangun dari Mimpi dan Menikmati Pagi di Puncak Cartenz

Mimpi menapaki kaki di puncak Cartenz bukan hal yang mudah untuk diwujudkan, selain perlu menyiapkan kemampuan fisik dan pengenalan medan, persiapan biaya juga perlu diperhatikan.

Liputan6.com, Papua - Cartenz merupakan gunung tertinggi di Indonesia. Punya ketinggian mencapai 4.884 meter di atas permukaan laut, gunung yang di kalangan pendaki dikenal dengan nama Cartenz Pyramid atau Puncak Jaya juga menjadi salah satu dari tujuh gunung tertinggi di dunia yang puncaknya selalu tertutup salju abadi.

Tak heran jika banyak pendaki profesional dari berbagai negara yang bermimpi ingin menapaki kakinya di puncak Cartenz.

Mimpi menapaki kaki di puncak Cartenz bukan hal yang mudah untuk diwujudkan, selain perlu menyiapkan kemampuan fisik dan pengenalan medan, persiapan biaya juga perlu diperhatikan.

Pasalnya untuk bisa ikut dalam satu ekspedisi ke Cartenz tiap orang perlu menyiapkan biaya yang tidak sedikit.

Tri Hardiyanto, seorang pendaki profesioanal yang sedang menyelesaikan misi “7 Summits Indonesia in 100 Days” saat dihubungi Liputan6.com, mengatakan, pendakian ke Cartenz tidak bisa dilakukan secara mandiri, dengan kata lain seorang pendaki harus menggunakan jasa operator pendakian untuk bisa ke Cartenz.

"Saya dan beberapa pendaki yang sudah pernah ke sana pasti menggunakan jasa operator perjalanan. Biaya mereka yang tetapkan, biaya itu biasanya sudah termasuk akomodasi, logistik, dan perizinan. Tiap operator beda-beda soal harga. Tapi yang pasti secara general, ekspedisi pendakian besar pasti menggunakan jasa operator. Di luar negeri seperti ini sudah biasa," kata Tri menjelaskan.

2 dari 2 halaman

Ayo ke Cartenz

Rahman, salah satu pengelola Indonesia Expeditions, operator yang melayani pendakian ke Cartenz saat dihubungi Liputan6.com mengatakan, untuk bisa melakukan ekspedisi Cartenz tiap pendaki paling tidak harus menyediakan biaya sekitar Rp 80 juta. Nilai ini sudah termasuk transportasi darat di Kota Nabire, pesawat perintis Nabire – Sugapa (PP), porter, konsumsi, dan akomodasi selama ekspedisi berlangsung.

Nilai itu juga sudah termasuk perizinan pemerintah Intan Jaya dan masyarakat adat, sama hotel di Nabire dan homestay di Suwanggama.

Lebih jauh rahman menjelaskan, untuk satu kali ekspedisi Cartenz membutuhkan waktu yang relatif. Jika menggunakan jalur pendakian via Sugapa bisa menghabiskan waktu hingga 18 hari, termasuk waktu keberangkatan dari Jakarta hingga kembali ke Jakarta.

"Kalau di dalam hutannya saja atau selama pendakian itu bisa makan waktu 10 sampai 14 hari-an," ungkap Rahman.

Meski hanya diperuntukan bagi pendaki profesional, masalah keamanan selama pendakian juga jadi hal penting yang sangat diperhatikan operator eskpedisi.

Rahman mengatakan, demi keamanan selama pendakian, dalam tiap ekspedisi pihaknya telah menyipkan perizinan yang berkoordinasi langsung dengan pihak TNI/ Polri, panduan dari guide kompeten dan berpengalaman, persiapan logistik yang aman, dukungan peralatan keamanan, hingga persiapan medis dan service quality.

"Kita juga dibantu kordinator masyarakat lokal, dan porter kita orang lokal," ungkap Rahman.

Saksikan video pilihan berikut ini: