Sukses

Aneka Kreativitas Wisata Hujan November di Palembang

Hujan dan banjir tiap bulan November selalu mendatangkan kreativitas warga untuk menjaga keceriaan.

Liputan6.com, Palembang - "Hujan lagi, banjir lagi," ucap Agus Winarni memecah keheningan di kediamannya, di Jalan Yayasan 2 Kelurahan 2 Ilir Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel), Minggu, 18 November 2018.

Raut wajah ibu tiga anak ini terlihat gusar. Perubahan cuaca yang mendadak dalam satu hari membuatnya kalang kabut. Awan cerah Minggu pagi awalnya membuat Nanik, sapaan akrabnya, bahagia karena bisa melanjutkan aktivitasnya bersih-bersih di rumah.

Cuaca yang terik dinilainya sebagai keberuntungan bagi seisi rumahnya. Tidak ada lagi air bah yang menggenang hingga membasahi kasur tidur anak-anaknya. Namun, Minggu siang, hujan mendadak turun deras di sebagian kawasan Palembang.

Kasur yang masih bau apek karena belum terlalu lama tersentuh sinar matahari masih tergeletak di ruang tengah. Niatnya untuk menjemur alas tidurnya, untuk ke sekian kalinya terpaksa dibatalkan karena hujan.

"Setiap hujan deras selama beberapa jam, pasti banjir di sini. Tapi di bulan November ini, intensitas hujan semakin lama. Hingga air hujan masuk ke dalam kamar dan membasahi kasur dan pakaian," ujarnya.

Kegusaran Nanik ternyata berbanding terbalik dengan anak-anaknya. Raffa dan kedua adiknya tampak asyik menikmati genangan air di halaman rumahnya.

Siswa kelas 4 Sekolah Dasar (SD) di Palembang ini menemani kakeknya memancing ikan di genangan air di depan rumah kakeknya, yang tak jauh dari kediamannya.

Luapan air di kolam ikan di belakang rumah kakeknya membuat sebagian ikan rawa terseret ke genangan air tersebut.

"Kalau banjir lumayan besar, halaman seperti kolam ikan. Saya bisa memancing di depan rumah secara gratis sambil bersantai. Bisa dapat belasan ekor ikan," kata Husein, kakek 60 tahun ini.

2 dari 3 halaman

Rumah Terendam

Dia juga bisa mengajak ketiga cucunya bermain air, jika warna air bah tidak keruh. Kawasan tempat tinggalnya yang rentan banjir, seringkali menjadi salah satu hiburan tersendiri bagi mereka.

Bahkan, mereka sering berburu kepiting rawa dan melihat biawak serta ular berlalu lalang di depan halaman rumahnya.

Berwisata air seusai hujan pun dirasakan warga Jalan Mayor Salim Batubara, Kelurahan Sekip Jaya Palembang.

Pada hari Rabu (14/11/2018), hujan yang turun dengan derasnya merendam sebagian bangunan rumah warga setempat. Bahkan, ada rumah yang terendam hingga sebatas paha orang dewasa.

Tingginya air bah ini sudah menjadi langganan bagi warga sekitar. Bahkan, setiap memasuki musim penghujan, mereka sudah bersiap untuk memindahkan beberapa perabot rumah, seperti kasur, televisi, sofa ruang tamu, dan lainnya.

Namun, raut kesedihan tidak terlihat di wajah mereka. Keakraban bahkan lebih terasa saat para warga berkumpul di salah satu teras rumah, sembari melihat orang berlalu-lalang mengangkat alas kakinya.

"Sudah biasa seperti ini, tapi ini sampai kedalaman 1,2 meter. Terakhir sekitar lima tahun lalu. Tidak ada korban jiwa, bahkan warga asyik naik perahu karet Basarnas atau memancing ikan di depan rumah," ujar Ari.

Saksikan video pilihan berikut ini:

3 dari 3 halaman

Ceria

Meskipun air bah tinggi, banyak warga yang nekat membawa sepeda motornya menembus banjir. Ada juga kendaraan roda empat yang terparkir di depan rumah warga, terendam air bah.

Di depan rumah yang terendam banjir, belasan warga bahkan bersorak girang, saat seorang pria mengangkat alat jerat ikan dari bambu ke atas.

Ikan lele sepanjang 10 sentimeter berhasil dijerat. Ada sekitar beberapa ekor ikan lele yang cukup gemuk, yang berhasil ditangkap para warga.

"Di depan rumah kami ini ada got besar, tapi kalau banjir seperti ini memang tidak terlihat. Jadi, memang banyak ikan yang mudah terjerat kalau memancing saat banjir ini," ujarnya.

Inarwan, Kepala Seksi (Kasi) Ops Basarnas Sumsel mengatakan, daerah ini memang langganan banjir setiap musim penghujan. Jika kedalaman air bah tinggi, mereka selalu menyiapkan 4-5 unit kapal karet untuk antar jemput warga.

"Ada yang kedalamannya sampai setinggi pinggang orang dewasa. Jadi kita biasa siapkan kapal karet, untuk warga yang mau keluar masuk rumah. Tapi mereka sangat jarang mau dievakuasi dari rumah," katanya.

Â