Sukses

Upacara Panjang Jimat Jadi Puncak Peringatan Maulid Nabi Keraton Kasepuhan Cirebon

Ribuan masyarakat dari berbagai daerah memadati kawasan Keraton Kasepuhan Cirebon. Mereka rela berdesakan hanya untuk mengikuti prosesi panjang jimat.

Liputan6.com, Cirebon - Upacara Panjang Jimat menjadi puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad di Keraton Kasepuhan Cirebon, Rabu, 21 November 2018 malam.

Ribuan masyarakat dari berbagai daerah memadati kawasan Keraton Kasepuhan Cirebon. Mereka rela berdesakan hanya untuk mengikuti prosesi panjang jimat.

Satu-persatu, abdi dalem Keraton Kasepuhan membawa lilin, lampu lampion, dan barang-barang peninggalan keraton. Seperti tombak hingga tujuh piring peninggalan Walisanga dikeluarkan sebagai tempat hidangan dan makanan.

Barang tersebut kemudian dibawa ke Langgar Agung Komplek Keraton Kasepuhan Cirebon. Setelah dibawa ke Langgar Agung, hidangan disajikan dan para abdi dalem membaca Kitab Barjanzi.

Setelah membaca Kitab Barjanzi, makanan tersebut dibagikan ke masyarakat dan abdi dalem. Dalam kesempatan tersebut, Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon PRA Arief Natadiningrat mengingatkan kepada seluruh warga negara Indonesia untuk kembali meneladani akhlak Rasulullah.

"Jangan jauh-jauh gampang saja bagaimana menjaga lisan dan Rasulullah sendiri dalam berkata santun, baik penuh kedamaian," kata Arief.

Dia mengingatkan masyarakat untuk tidak mudah terpancing oleh berbagai isu yang dapat memecah belah bangsa. Dengan berbicara santun, dia optimistis bangsa Indonesia akan tetap aman dan damai. 

2 dari 2 halaman

Media Sosial

Dia juga meminta agar seluruh elemen masyarakat agar tidak saling mengadu domba, apalagi sampai menyebar kebencian.

"Dengan kita bicara santun mudah-mudahan Indonesia tetap damai," kata dia.

Sultan Arief mengatakan, media sosial hadir seiring dengan jalannya demokrasi. Oleh karena itu, dia meminta agar warga santun bersosial media.

Arus informasi yang mengalir melalui media sosial berpotensi memecah belah bangsa, golongan, hingga partai politik sekali pun.

"Di era demokrasi dan media sosial sekarang sepertinya bicara harus dijaga lagi," tutur dia.

Pada kesempatan tersebut, Sultan Arief menjelaskan, upacara panjang jimat memiliki makna sebuah sebuah pusaka yang dipelihara secara terus-menerus oleh masyarakat, yaitu syahadat. Masyarakat tak boleh lepas dua kalimat syahadat mulai dari lahir sampai ajal.

"Bukan sekadar menggelar tradisi saja, tapi mengingat suri teladan Nabi SAW. Salah satu suri teladan Nabi SAW adalah toleransi yang tinggi terhadap agama lain, ini bisa kita contoh oleh semua lapisan masyarakat," ujar dia.

Saksikan video pilihan berikut ini: