Liputan6.com, Jombang - Progam Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kabupaten Jombang Jawa Timur, dikeluhkan oleh agen penyalur Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di kabupaten tersebut. Pasalnya, salah satu item bantuan yakni telur yang diterima oleh para agen banyak yang pecah dan sebagian mengeluarkan bau busuk.
Dari data yang dihimpun, kejadian tersebut terjadi di Desa Sidokerto, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang. Di Desa Sidokerto terdapat 551 warga yang mendapatkan progam bantuan tersebut, dan terbagi dalam dua agen yang terletak di Dusun Brajang dan Dusun Ngemplak.
Advertisement
Baca Juga
Salah satu agen penyalur KPM, Maria Ulfa mengatakan, ada tiga kilogram telur yang mengalami kerusakan saat diterima dari pemasok dari total 276 kg telur yang diperuntukan untuk 276 di Dusun Ngemplak, Desa Sidokerto.
"Kerusakan mulai dari retak hingga berlubang serta mengeluarkan bau busuk," ujarnya saat ditemui di kediamannya, Kamis, 22 November 2018.
Atas temuan tersebut, Maria segera melaporkan kepada pemasok telur dan Dinas Sosial Kabupaten selaku pelaksana program BPNT. "Untuk telur yang rusak tidak kita bagikan kepada masyarakat penerima, namun kita simpan karena pemasok sanggup mengganti kerusakan tersebut," imbuhnya.
Kejadian serupa juga terjadi di Dusun Branjang dari total 275 kg telur yang diterima agen, 4 kilogram mengalami kerusakan bahkan beberapa sudah mengeluarkan bau busuk.
Sebagai informasi, kuota Keluarga Penerima Manfaat di Kabupaten Jombang yakni sebesar Rp 110 ribu dengan rincian 7 kilogram beras senilai Rp 66.150 dan 1 kilogram telur senilai Rp 22.000 dengan total keseluruhan Rp 88.150. Sisa bantuan yakni Rp 21.850.
Tanggapan Dinas Sosial
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Jombang Muhammad Sholeh mengatakan, kejadian adanya telur yang tidak layak dikonsumsi di beberapa agen penyalur bantuan BPNT merupakan kesalahan dari penyuplai karena tidak teliti sebelum mendeskripsikan barang tersebut kepada agen.
"Berdasarkan pengakuan mereka (penyuplai) saat mengambil telur dari peternak tanpa disortir dulu sebelum didistribusikan, sehingga terjadi seperti ini," ujarnya saat ditemui kantornya, Kamis (22/11/2018).
Ia menjelaskan sudah memberikan teguran kepada penyuplai telur program BPNT yakni PT Pertani yang beralamatkan di Mojokerto. "Mereka juga membenahi proses distribusi, mulai dari perubahan kemasan agar tidak terjadi kondisi serupa," imbuhnya.
Para agen sebenarnya dapat memaksimalkan nilai bantuan kepada para penerima bantuan, misalnya dengan telur tidak harus sekilo tapi juga dapat lebih dari itu.
"Ada kesepakatan dari para agen dengan penerima bantuan untuk tidak memberikan secara keseluruhan dan dikonversi dengan harga yang ada," dia menambahkan.
Selain itu, pihaknya juga akan mengevaluasi proses pendistribusian BPNT kepada para agen dengan melibatkan para penyuplai.
Sholeh menambahkan untuk sisa saldo BPR sebesar Rp 21.850 tidak akan hangus. "Sisa saldo ini tidak akan hangus dan dapat kembali digunakan pada bulan berikutnya," dia menandaskan.
Â
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement