Sukses

Bak Transformers, 'Traktor Setan' Membajak Sawah dengan Remote Control

Pemuda Kebumen menciptakan 'traktor setan', traktor yang dikendalikan dengan remote control. Musim tanam ini berhasil membajak 5 hektare sawah.

Liputan6.com, Kebumen - Film Transformers begitu populer. Bahkan, popularitasnya melintas usia, mulai remaja hingga lanjut usia.

Genre film yang menawarkan teknologi tinggi itu membius masyarakat. Robot didekatkan sebagai makhluk yang berdiri sejajar dengan umat manusia yang seolah robot memiliki sifat-sifat kemanusiaan.

Ada pedih, rindu, gembira, dan tertawa. Dalam film itu, robot transformers bukan hanya ada, tetapi sudah menjadi bagian dari umat manusia.

Namun, kali ini bukan membahas film Transformers yang berteknologi tinggi itu. Ini soal inovasi teknologi yang menggunakan sistem robotik yang sudah berguna bagi kehidupan manusia, utamanya petani.

Tempat kelahirannya bukan di Sillicon Valley, lembah teknologi di Amerika, tempat jenius-jenius dari seluruh dunia berlomba berinovasi. Teknologi ini justru lahir di pelosok negeri Indonesia, Kebumen, Jawa Tengah.

Adalah Wakhid Hasim, pemuda asal RT 2 RW 2 Desa Tepakyang, Kecamatan Adimulyo, Kabupaten Kebumen, yang menciptakan traktor yang dikendalikan dengan remote control. Namanya seram, traktor setan.

Namun, juga tak berlebihan menyebutnya sebagai traktor setan. Sebabnya, ia bisa dikendalikan dari jarak jauh menggunakan remote yang disambungkan dengan berbagai fungsi operasional otomatis di traktor ini.

"Disebut traktor setan ya karena tidak ada pengemudinya. Traktornya bisa jalan sendiri, berkelok sendiri," katanya kepada Liputan6.com, Sabtu, 1 Desember 2018.

Wakhid bercerita, pada mulanya ia risau dengan makin minimnya orang yang bersedia mengemudikan traktor. Padahal, para pengemudi terdahulu sudah termakan usia.

Dalam kondisi seperti itu, tampaknya petani perlu inovasi teknologi tinggi, bak dalam film transformers. Manusia mesti menguasai teknologi robot, bahkan untuk membajak sawah.

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 3 halaman

Jadi Bahan Purundungan hingga Traktor Kesetanan

Sementara, anak-anak muda sekarang tak lagi tertarik dengan sawah, ladang dan pertanian. Mereka lebih menyukai warnet dan internet.

Ia pun mencoba memanfaatkan keahliannya di bidang elektronik dan pengetahuannya soal teknologi robot. Maka ia pun menceritakan rencananya itu kepada rekan sejawatnya di Kelompok Tani Desa Tepakyang.

Bukannya disambut gembira, awalnya dia dianggap mengada-ada. Ia diremehkan, disepelekan, dan jadi objek perundungan.

"Ya awalnya disepelekan. Malah mau di-bully," ujar dia.

Tetapi, Wakhid tak surut. Semangatnya justru semakin tinggi. Niatnya makin bulat untuk membantu petani.

"Anak muda sekarang sudah tidak ada yang mau jadi pengemudi traktor. Kalau sudah tidak ada lagi pengemudi traktor mau bagaimana?" ucap dia, melempar pertanyaan retoris.

Beruntung, kelompok taninya punya satu traktor otomatis. Traktor ini dimanfaatkannya sebagai protototipe traktor setan sesuai dengan yang dibayangkannya.

Bermodal nekat dan sedikit uang, Wakhid mulai merangkai sistem yang memungkinkan sebuah traktor bisa dikemudikan dengan remot. Semua suku cadangnya adalah piranti untuk sistem robotik.

"Saya beli dari teman. Suku cadangnya rata-rata impor. Tahu sendiri, barang-barang untuk hobi itu mahal," ujarnya.

Tiba saatnya menjajal traktor setan di sawah, traktor remot ini benar-benar kesetanan. Traktor remot ini sukar dikendalikan. Kadang menggelinjang, seringkali terperosok atau nyungsep.

Wakhid merasa, pengetahuannya soal pertanian dan lahan pertanian masih terbatas. Karenanya, nyaris selama dua pekan, ia belajar kontur tanah dan lumpur, serta menyempurnakan karyanya ini.

3 dari 3 halaman

Penyempurnaan Traktor Setan, Mampu Membajak 5 H Sawah

Lantas, ia memasang bandul atau pemberat di bagian kemudi traktor. Dengan pemberat itu, traktor relatif lebih stabil dan mudah dikendalikan.

Akhirnya, waktu yang ditunggu pun tiba. Traktor setan diluncurkan dan nyatanya benar-benar mampu beroperasi di sawah, meski masih ada yang perlu disempurnakan.

"Kalau untuk wungkal (membajak) masih perlu penyempurnaan. Tetapi ini sangat efektif untuk nggelebek dan nggaru (meratakan dan melembutkan," dia menjelaskan.

Meski masih berupa prototipe, dia pun mengklaim teknologi ini sudah bisa dimanfaatkan oleh petani. Kebetulan, Kebumen memasuki saat pengolahan lahan masa tanam pertama (MT 1) 2019 di akhir 2018 ini.

Traktor setan ini langsung beraksi. Namun, timbul masalah lagi. Kali ini bukan di traktor setan atau sistemnya yang bermasalah.

Yang bermasalah justru operator remot traktor setannya. Selain dituntut handal mengendalikan laju traktor, si operator setidaknya memang punya pengetahuan soal pertanian.

Tetapi, jangan kecewa dulu. Meski masih ada kekurangan, akan tetapi traktor ini telah membajak tujuh bau atau sekitar lima hektar sawah.

"Sifatnya masih dikombinasikan dengan manual. Karena untuk welukunya kita masih butuh modifikasi," dia menerangkan.

Bahkan, Wakhid pun mengklaim traktor setan atau traktor remot ini lebih efisien. Sebabnya, manusia tak perlu ikut capek berputar-putar di awah bersama traktor.

Si pengendali cukup mengendalikan si traktor setan dari pematang sawah atau gubuk. Sebabnya, traktor ini bisa dikendalikan dari jarak 100 meter. Sementara, lebar petak sawah rata-rata tak sampai 100 meter.

"Saya pernah mencoba mengemudikan traktor saat mempelajari sistem kemudinya. Ternyata memang benar-benar melelahkan. Pantas sangat jarang yang mau mentraktor," dia menambahkan.