Sukses

Banjir Sungai Mengaji dan Longsor Landa Banyumas

BMKG telah memperkirakan, Jawa Tengah, khususnya Banyumas dan Cilacap bakal dilanda cuaca ekstrem yang bisa memicu bencana banjir, gerakan tanah, atau longsor.

Liputan6.com, Banyumas - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan Jawa Tengah, khususnya Banyumas dan Cilacap bakal dilanda cuaca ekstrem yang bisa memicu bencana banjir, gerakan tanah atau longsor, atau puting beliung.

Tepat seperti yang diperkirakan, sejak Minggu sore hingga Senin siang, 3 Desember 2018, hujan tak henti-henti mengguyur Banyumas. Akibatnya, longsor dan gerakan tanah terjadi di sejumlah wilayah.

Hingga Senin malam, berdasar data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), setidaknya ada empat desa di sejumlah kecamatan dilanda longsor atau gerakan tanah.

Empat desa tersebut yakni, Desa Cikidang Kecamatan Cilongok, Desa Singasari dan Sokawera Kecamatan Karanglewas, serta Desa Dawuhan Wetan Kecamatan Kedungbanteng.

Komandan Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas, Kusworo mengatakan, selain empat desa ini, longsor dan gerakan tanah juga dilaporkan terjadi di beberapa wilayah lain.

Namun, hingga Senin malam belum diperoleh laporan lengkap dari tim yang berada di lokasi. "Tim sedang berada di lokasi," katanya, saat dihubungi Liputan6.com, Senin malam.

Gerakan tanah di Dusun Bojong, Desa Singasari, Kecamatan Karanglewas terjadi pada batas badan jalan dengan jembatan (obvit) sungai dan dua pondasi jembatan Sungai Mengaji. Jembatan ini ambles lantaran dasar pondasi kedua sisi tergerus banjir Sungai Mengaji.

"Banjir Sungai Mengaji setelah turun hujan lebat sejak Minggu hingga Senin," ucapnya.

Akibat amblesnya jembatan ini, segala jenis kendaraan tak bisa melintas ke Desa Gunung Lurah dan Desa Sokawera. Selain berbahaya, beban kendaraan yang melintas dikhawatirkan menyebabkan kerusakan lebih parah.

Mulai Senin sore, warga setempat menguruk pondasi yang ambles dan longsor dengan pasir dan batu. Harapannya, sepeda motor bisa melintas sehingga aktivitas warga Gunung Lurah tak terhenti total.

2 dari 2 halaman

Penanganan Bencana Longsor di Banyumas

Dia menjelaskan, BPBD juga akan memasang rambu pengaman di wilayah amblesan ini. Malam ini, rambu akan dipasang agar warga tak melalui jalur ini sementara waktu hingga penanganan darurat usai dilakukan.

"Saya sedang perjalanan ke TKP. Mau memasang rambu," dia menerangkan.

Di Desa Cikidang, longsor menimpa sawah, saluran irigasi dan badan jalan sekaligus. Tanah sawah seluas 350 meter longsor dengan kedalaman sekitar 12 meter.

Adapun saluran irigasi putus total lantaran tergerus sepanjang 15 meter. Adapun jalan, longsor dengan panjang 10 meter dengan kedalaman kisaran lima meter.

Rencananya, warga akan memperkuat sawah yang tersisa dengan membuat crucuk di bagian bawah lokasi longsor. Harapannya, longsor tak merembet ke lokasi lain yang dapat menyebabkan kerugian lebih besar.

Diduga longsor terjadi lantaran rembesan air dari saluran irigasi tanah. Air ini lantas menerobos ke dalam tanah dan keluar dari sisi bawah sawah.

"Dinas pengairan sudah ke lokasi dan memberi bantuan karung 200 untuk membuat trucuk di bagian bawah," Kusworo menjelaskan.

Selanjutnya, longsor di Dawuhan Wetan, Kecamatan Kedungbanteng memutus saluran irigasi sepanjang lima meter dan lebar dua meter. Saat ini, warga dan petugas BPBD masih berkoordinasi dengan pihak terkait untuk penanganan longsor yang menyebabkan irigasi jebol ini.

Di Desa Sokawera, sebuah rumah di Dusun Semingkir RT 2/9, material longsoran tebing menimbun dinding rumah. Lantaran sudah malam, penanganan darurat baru akan dilakukan Selasa dengan melibatkan potensi SAR dan organisasi relawan lainnya.

Kusworo menambahkan, meski tak sampai menyebabkan korban jiwa, tetapi diperkirakan kerugian akibat longsor dan gerakan tanah di Banyumas diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.

 

Simak video pilihan berikut ini: