Sukses

Gajah di Kebun Sawit Aceh Batal Naik Helikopter

BKSDA akan memindahkan seekor gajah yang terjebak di kawasan perkebunan kelapa sawit di Kota Subulussalam dengan menggunakan truk.

Liputan6.com, Aceh - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Aceh, Selasa, 11 Desember 2018, berhasil melakukan translokasi atau pemindahan terhadap seekor gajah yang terjebak di kawasan perkebunan kelapa sawit di Kota Subulussalam.

Translokasi dilakukan oleh tim BKSDA menggunakan truk. Selain itu, BKSDA menyiapkan lima ekor gajah jinak untuk menggiring gajah yang terjebak ini. Saat ini, gajah tersebut sudah ditempatkan di kawasan Bengkung, Desa Pasir Belo, Kecamatan Sultan Daulat, yang berbatasan dengan Kutacane, Aceh Tenggara.

Kepala BKSDA, Sapto Aji Prabowo, mengatakan dari pantauan GPS collar, gajah tersebut semakin masuk ke dalam hutan. Sapto berharap sang gajah yang sudah beberapa tahun terjebak di areal perkebunan itu bisa berkumpul bersama habitatnya.

Saat ini, sebut Sapto, populasi gajah Sumatera di wilayah hutan Kota Subulussalam hanya tersisa antara delapan hingga sepuluh ekor. Gajah yang tersisa ini hidup di kawasan hutan lindung Bengkung.

"Persiapan translokasi gajah sudah tujuh hari sebelumnya. Kita ada tim yang memonitor terus. Untuk translokasi, kita ada truk, ada kendaraan, ada senapan bius, ada gajah jinak lima," sebut Sapto kepada Liputan6.com, 11 Desember 2018, malam.

 

2 dari 2 halaman

Gajah Gagal Naik Helikopter

Sebelumnya, pegiat lingkungan asal Ceko, Zbynek Hrabek, sempat menyarankan agar translokasi lebih baik dilakukan dengan helikopter. Namun, hal ini tidak jadi dilakukan karena beberapa alasan teknis.

Kepada Liputan6.com, pegiat lingkungan dari NGO Pralesdetem itu mengaku sedikit kecewa. Menurut dia, translokasi yang dilakukan oleh BKSDA hanya membuang-buang anggaran. Selain itu, BKSDA dinilai tidak menyediakan ruang bagi pihaknya untuk ikut andil dalam translokasi.

"BKSDA translokasi gajah dengan cara yang berbeda dari yang kami sampaikan kepada menteri. Mereka tidak menggunakan helikopter. Cara mereka melakukan translokasi ini bisa menghabiskan anggaran lebih dari Rp 900 juta," ujar Zbynek, Selasa, 11 Desember 2018, malam.

Namun, bagi pria yang sudah beberapa waktu berdomisili di Aceh itu, keselamatan gajah yang sudah ditranslokasi lebih penting. Dia berharap, ke depan, gajah yang mengalami hal serupa dapat ditranslokasi menggunakan helikopter, dengan dibantu oleh TNI AU dan BKSDA.

"Hanya perlu helikopter dan kerja sama dengan tentara dan BKSDA," ujar lelaki yang akrab disapa Binyik itu. Dia menyebut sebelumnya ada 2 ekor gajah yang diduga terjebak, tetapi satu lagi tidak terdeteksi lagi keberadaannya.

Sementara itu, Sapto membantah bahwa dana yang dikucurkan untuk translokasi gajah tersebut mencapai Rp 900 juta, melainkan hanya Rp 200 juta. Itupun berkat adanya iuran dari beberapa mitra yang sudah membentuk MoU dengan BKSDA.

"Kita itu iuran ya. Ada beberapa lembaga, dari anggaran kita juga, dari Jakarta juga. Total-total Rp 200 juta. Kalau masalah helikopter seperti tuntutan Zbynek, dia punya tidak helikopternya? Dia punya enggak tekniknya, bagaimana mengangkat gajah dengan aman, baik untuk gajahnya maupun helikopternya," kata Sapto.

Dia menambahkan, selama ini BKSDA belum melakukan MoU tertulis dengan Zbynek dan rekan-rekan pegiat lingkungannya. Karena itu, BKSDA memilih melakukan translokasi dengan cara-cara yang selama ini dilakukan pihaknya.

 

Simak video pilihan berikut ini: