Sukses

Jurus Kalangan Pengusaha Yogyakarta Hadang Serbuan Barang Tiongkok

Apindo menyiapkan sejumlah strategi supaya UMKM bisa bersaing dengan produk impor dari Tiongkok.

Liputan6.com, Yogyakarta Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) DIY mendukung kebijakan pemerintah dalam mengembangkan usaha mikro, kecil, menengah (UMKM). Sejumlah jurus juga sudah disiapkan untuk membina pelaku UMKM di era digital.

Apindo juga mengingatkan pentingnya pendampingan kepada pelaku UMKM dari invasi produk-produk Tiongkok yang saat ini membanjiri pasar Indonesia.

"Sebenarnya ada peningkatan daya beli di masyarakat tetapi tidak diikuti dari sisi produksi, sehingga kenaikan daya beli dipenuhi produk impor," ujar Ketua Apindo DIY Buntoro dalam diskusi publik bertajuk Peran Pengusaha dalam Mengembangkan UMKM : Peluang dan Kendalanya di Rich Hotel Yogyakarta, Rabu (12/12/2018).

Menurut Buntoro, hal ini harus diantisipasi dari sekarang, yakni memanfaatkan daya beli untuk meningkatkan industri. Caranya, perlu ada role model industri kecil yang tumbuh.

Ia berpendapat, selama ini penyelesaian persoalan industri kecil selalu dengan permodalan. Padahal, masalah ini justru harus diselesaikan dari sisi teknologi dan budaya industri.

Menerapkan budaya industri berarti harus meningkatkan kualitas produk, menghasilkan produk yang kompetitif, serta meningkatkan kapasitas produksi.

"Kalau UMKM bisa bersaing, maka produk bisa diekspor dan secara otomatis menambah devisa negara," ucap Buntoro.

Untuk mengembangkan UMKM perlu dorongan dan transformasi di lapangan. Salah satunya, meningkatkan kualitas tanpa menaikkan harga sehingga terjadi peningkatan berkelanjutan.

Berdasarkan data 2017, UMKM berkontribusi terhadap Gross Domestic Product (GDP) 60 persen, penyerapan tenaga kerja 89,17 persen, dan UMKM juga mendominasi 98,7 persen unit usaha di Indonesia.

 

2 dari 2 halaman

1,5 Miliar Pekerjaan Berkurang

Akademisi Fakultas Ekonomi Amikom Yogyakarta, Abidarin Rosidi, mengungkapkan era digital berpotensi menciptakan 2,1 juta pekerjaan baru pada 2025.

"Saat ini beberapa jenis model bisnis dan pekerjaan di Indonesia sudah terkena dampak arus era digitalisasi, contohya toko konvensional menjadi toko online, taksi konvensional bergeser menjadi taksi berbasis online," tuturnya.

Sebaliknya, ada juga ancaman yang akan dihadapi di era digital, yakni berkurangnya 1 sampai 1,5 miliar pekerjaan sepanjang 2015 sampai 2025 karena posisi manusia digantikan dengan mesin otomatis.

Ia menilai, untuk merespon kemajuan teknologi dibutuhkan sejumlah keahlian. Keahlian yang diperlukan pun holistik, mencakup kemampuan untuk memecahkan masalah, kemampuan untuk berkoordinasi, negosiasi dan persuasi, kemampuan mendengar, berpikir logis dan monitoring, dan kemampuan untuk mengambil keputusan dengan pertimbangan yang matang.

"Selain itu, kemampuan kognitif dan kreativitas juga tidak kalah penting," kata Abidarin.