Liputan6.com, Kebumen - Upaya tim search and rescue (SAR) gabungan dalam pencarian empat korban tenggelam di pantai Pandan Kuning, Petanahan, Kebumen, Jawa Tengah mulai menuai hasil.
Senin siang (17/12/2018), dua korban berhasil ditemukan. Keduanya adalah Didik (20) dan Wawan (18).
Sayangnya, mereka ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Kedua jenazah itu menepi di Pantai Desa Karangreja, Petanahan, Kebumen yang jaraknya tak terlampau jauh dari Pantai Pandan Kuning.
Advertisement
Jarak antar kedua jenazah itu pun berdekatan. Dua jenazah ini ditemukan oleh tim SAR saat menyisir pinggiran pantai.
"Jarak antara korban satu dengan satunya kira-kira 300 meter. Jadi sampai sekarang masih ada dua lagi korban yang belum ditemukan," ucap Kasubbag Humas Polres Kebumen, AKP Suparno, Senin sore.
Baca Juga
Penemuan korban ini memunculkan optimisme untuk menemukan dua korban hilang tenggelam pantai Padan Kuning lainnya, yakni Tri Wahyudi (25) dan Saeful Arifin (23).
Jenazah selanjutnya dibawa ke Puskesmas Petanahan untuk dilakukan pemeriksaan medis dan selanjutnya dibawa ke rumah duka masing-masing untuk dimakamkan.
Penemuan dua korban yang tak jauh dari lokasi tenggelam ini menuai tanda tanya besar. Pasalnya, arus laut pantai selatan dikenal deras. Namun tim SAR mengatakan, karakteristik arus laut selatan sangat unik dan berbeda dengan arus laut pada umumnya.
"Yang kami yakini, di beberapa lokasi, jika ada korban tenggelam dia masih tergulung di bawah arus laut, tapi tidak jauh dari lokasi tenggelam,” ucap Komandan Basarnas Pos SAR Cilacap, Moelwahyono.
Palung Laut
Menurut Moelwahyono, sebagian besar korban tenggelam di pantai selatan ditemukan di tepi pantai atau bahkan telah terdampar ke hamparan pasir. Karenanya, sangat jarang tim SAR menyisir lautan.
Pertimbangan utama tentu saja ancaman gelombang tinggi yang sewaktu-waktu menyergap tim sar dan berisiko membahayakan personel SAR. Pertimbangan lainnya, memang, hampir semua korban ditemukan tak jauh dari pantai.
Meski begitu, Basarnas pun menyebar pengumuman agar nelayan juga turut memantau area sekitarnya ketika melaut. Tujuannya, untuk mengantisipasi hanyutnya korban ke tengah lautan.
"Ada memang yang terbawa arus sampai ke tengah. Tapi sangat jarang,” katanya.
Moelwahyono mengungkapkan, karakteristik pantai selatan ini dipengaruhi kontur pantai yang curam. Artinya, tak jarang, pantai terlihat landai namun sebetulnya berimpitan dengan palung laut yang oleh masyarakat lokal disebut boleran.
Keberadaan boleran ini menyebabkan sejumlah pantai selatan Jawa Tengah, termasuk Kebumen dan Cilacap memiliki pusaran air yang berbahaya. Diduga pusaran itulah yang menyeret korban, dan membuat korban tak hanyut terlampau jauh.
“Jadi hanya berputar-putar saja di situ. Makanya, kita cari ke kanan atau ke kiri, tergantung arusnya ke mana,” ujar Moelwahyono.
Untuk mempercepat pencarian korban, Kapolres Kebumen AKBP Robertho Pardede memerintahkan jajaran Polsek yang berada di garis pantai untuk ikut mencari keberadaan korban.
Dia pun mengimbau agar warga atau wisatawan pantai selatan Kebumen tak berenang atau mandi di pantai. Larangan berenang itu disampaikan langsung kepada Ketua Pariwisata Pantai Petanahan, Turas, saat meninjau proses pencarian korban laka laut yang terjadi di Pantai Pandan Kuning.
“Pihak pariwisata ataupun pengelola Objek Wisata Pantai Petanahan agar memasang lebih banyak imbauan larangan mandi di laut,” ucap Kapolres.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Advertisement