Liputan6.com, Aceh - Dalam rangka memperingati 14 tahun tragedi gempa dan tsunami Aceh, Home Education Aceh (HEA) menggelar kegiatan melukis di atas kain sepanjang 14 meter, di Museum Tsunami Banda Aceh, Minggu, 23 Desember 2018.
Kegiatan yang sebagian besar diikuti oleh anak-anak dan sebagian kecil para ibu ini, bertujuan memperkenalkan peristiwa dahsyat yang pernah terjadi di Aceh 26 Desember 2004 silam kepada generasi yang tidak mengalaminya.
Advertisement
Baca Juga
Angka 14 bertepatan dengan 14 tahun pascatragedi tersebut. Kegiatan diinisiasi oleh Aceh - Japan Community Art Project, sebuah proyek mempersatukan para penyintas dan generasi muda dari kedua wilayah yang sama-sama pernah mengalami bencana tsunami, melalui seni.
Di lokasi, puluhan anak-anak dan para ibu saling bersebelahan di kedua sisi kain.
Mereka tampak antusias mengikuti kegiatan yang dimulai sejak pagi dan berakhir tengah hari tersebut. Kanvas di tangan mereka meliuk-liuk menghasilkan berbagai gambar warna-warna yang tidak beraturan namun terlihat artistik.
"Tema melukisnya itu, gempa, tsunami, dan perdamaian Aceh. Yang melukis malah ada yang umur 3 tahun, yang baru pegang kuas malah boleh diajak, didampingi oleh ibunya. Tadi ada ibu-ibu juga, hingga umur 50 tahun," jelas Ketua Proyek Melukis di Atas Kain, Siti Nurhidayah, kepada Liputan6.com, Minggu, 23 Desember 2018.
Para peserta melukis di atas kain tersebut mendapat reward berupa apresiasi dari perwakilan Aceh-Japan Community Art Project, yang datang jauh-jauh dari negara matahari terbit ke Aceh.
"Hal terpenting dari kegiatan ini, agar generasi muda Aceh yang tidak mengalami bencana, tanggap terhadap bencana. Seperti kita tahu, Aceh sangat rentan dengan bencana (gempa dan tsunami). Jadi sedini mungkin diajak untuk peka," kata Siti.
Memperkenalkan Budaya Aceh, Memperkenalkan Kesiapsiagaan
Selain melukis di atas kain, terdapat sejumlah kegiatan lain melalui Aceh-Japan Community Art Project.
Kegiatan tersebut sudah dilangsungkan sejak 16 Desember lalu, dan berakhir pada 26 Desember, atau bertepatan dengan tanggal dimana bencana yang menelan 130 ribu lebih jiwa itu terjadi.
"Diantaranya, mendongeng, yang dipercayakan kepada Komunitas Kampung Dongeng Aceh, menggambar doodle oleh Komunitas Doodle Art, menggambar dan menulis cerita oleh Penerbit CBK, dan membuat deorama juga oleh Home Education Aceh," sebut Siti.
Melalui kegiatan tersebut, Siti berharap tragedi gempa dan tsunami tidak semata menjadi momok, atau tragedi yang menyisakan luka tersendiri, namun juga menjadi pembelajaran, dan berguna bagi kesiapsiagaan menghadapi bencana.
Mitigasi bencana, kata Siti, akan lebih mudah jika diperkenalkan melalui seni dan budaya. Sehingga kelak, menjadi kearifan lokal, seperti halnya budaya tutur 'Smong' yang ada di Kepulauan Simeulue.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement