Liputan6.com, Kebumen - Sabtu, 23 Desember 2018, warga Desa Lembupurwo Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah dikejutkan oleh penemuan bangkai penyu laut yang terdampar di Pantai Laguna Lembupurwo.
Ironisnya, Pantai Laguna diketahui adalah tempat penyu-penyu laut bertelur. Dan itu berlangsung sejak puluhan atau bahkan ratusan tahun silam.
Bahkan, kini jejak kejayaan Pantai Laguna sebagai tempat bertelur penyu masih bisa dibuktikan. Dalam setahun, setidaknya terdeteksi sebanyak lima atau enam ekor penyu naik ke pantai untuk bertelur.
Advertisement
Penyu adalah hewan lamban dan pemalu. Penyu biasanya bertelur pada pukul 23.00 WIB, hingga dini hari, pada musim puncak kemarau yang ditandai dingin kering menggigit.
Baca Juga
Namun, bukan berarti pula jumlah penyu yang bertelur hanya enam ekor yang terdeteksi saat itu. Sebab, tak mungkin warga atau pemuda tiap malam melakukan ronda untuk memantau penyu bertelur.
Bisa jadi, jumlah yang bertelur lebih dari jumlah yang sempat terdeteksi. Sebab, pantai Laguna cukup luas, memiliki garis pantai kisaran 2-3 kilometer.
"Biasanya bertelur sekitar Juli dan Agustus. Pas dingin-dinginnya," ucap Pengurus Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmawas) Lembupurwo, Marzuki, Selasa, 25 Desember 2018.
Pantai Laguna ini tampaknya memang disukai penyu untuk bertelur. Sebab, di pantai terdapat rawa nan luas yang menjorok ke daratan, dengan permukaan air yang jauh lebih tenang dibanding Samudera Hindia.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Pantai Laguna Mulai Tercemar Sampah Plastik
Di pantai ini, gumuk-gumuk pasir bisa menjadi tempat berlindung, dari angin maupun kemungkinan gelombang pasang. Barangkali, di sini lah tukik-tukik lahir.
Rawa itu adalah tempat berkembang biak ikan, udang, dan kepiting. Anak-anak ikan dan kepiting mencari makan di rawa ini.
Barangkali, penyu yang ditemukan mati di Pantai Laguna Lemupurwo itu adalah tukik yang lahir di tempat ini, bertahun silam. Memang, hingga saat ini tak ada kesimpulan pasti penyebab kematian penyu ini.
Marzuki pun mengaku tak mengetahui pasti penyebab kematian penyu ini. Hanya saja, penyu itu terdampar bersamaan dengan menepinya puluhan kubik sampah plastik dan berbagai material lain.
Namun, lantaran tidak ada pemeriksaan oleh yang berwenang, ia tak bisa memastikan apakah penyu ini memang benar mati lantaran mengonsumi plastik.
"Masalah dugaan mati, saya kurang paham. Tetapi yang jelas, itu kan bareng dengan kotoran kayu, plastik. Soalnya keluarnya sudah membengkak. Jadi tidak bisa memprediksi," Marzuki menerangkan kepada Liputan6.com.
Dia mengungkapkan, sampah plastik sangat mengganggu ekosistem ikan dan hewan lain di Pantai Laguna Lembupurwo. Tak hanya itu, nelayan pun semakin sulit mencari ikan. Sebab, sampah hanyut hingga tengah lautan dan menyulitkan penangkapan ikan.
Advertisement
Mangrove, Upaya Warga Menjaga Pantai Laguna
Warga pun tak tinggal diam dengan kondisi ini. Untuk menjaga ekosistem Pantai Laguna Lembupurwo, mereka bekerja sama dengan berbagai pihak. Masyarakat mulai menanam mangrove sejak 2008 lalu.
Tahun ini, masyarakat kembali menanam sebanyak 50 ribu batang mangrove. Rencananya, tahun 2019 esok, sebanyak 20 ribu batang mangrove juga akan ditanam di kawasan ini.
Kawasan mangrove menjadi kawasan perkembangbiakan dan tumbuh kembang ikan, kepiting, berbagai jenis udang, dan tentu, penyu muda. Mangrove akan bermanfaat dan berdampak baik dalam jangka panjang.
Selain menjaga ekosistem laut, mangrove ini ditanam untuk mengurangi dampak abrasi. Pada akhir 2018 ini, masyarakat dibantu oleh beberapa pihak, termasuk Kementerian LH telah menanam mangrove di kawasan sepanjang dua kilometer, dengan luas kisaran 10 hektare.
"Penyu bertelur di wilayah sini, sering banget kalau musim-musim dingin, musim kemarau. Itu biasanya bertelur di wilayah sini," dia menambahkan.
Untuk mengurangi dampak sampah plastik, ia pun mengimbau agar masyarakat mulai membiasakan diri untuk tidak membuang sampah sembarangan, terutama ke sungai.
Sebab, di antara sampah yang dibuang, ada sampah yang tak bisa terurai, misalnya plastik. Plastik akan menganggu ekosistem sungai dan laut.
"Nelayan juga mengeluh. Tumpukan sampah ditemukan satu kilometer di tengah laut," dia mengungkapkan.