Liputan6.com, Banyumas - Rabu, 21 November 2018, Ahmad Sulaiman (19) bersama tiga rekan pondoknya, Muhammad Imam As'ari, Muhammad Jefri Trimulyana dan Ahmad Fadil Izulhaq, mendaki Gunung Slamet.
Empat santri Pondok Pesantren Attolibiyah, Mobok Karsih, Bumijawa, Tegal ini melalui jalur pendakian Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Purbalingga. Mereka menerabas begitu saja, tanpa izin Petugas Pos Bambangan
Sekitar pukul 13.00 WIB, mereka mulai mendaki dan langsung menuju Pos 9. Namun, entah dengan alasan apa, sesampai di pos 9, mereka memutuskan turun dengan jalur pendakian yang sama.
Advertisement
Sayangnya, sesampai pos 7 jalur pendakian Gunung Slamet, mereka tersesat. Padahal, langit sudah gelap. Akhirnya mereka pun bermalam di sekitar pos ini.
Baca Juga
Mereka berempat pun menghabiskan malam di pos 7. Namun, ketika terbangun keesokan harinya, Ahmad Sulaiman hilang misterius.
“Mereka bertiga sudah tidak mendapati Ahmad Sulaiman di sekitar tempat istirahat tersebut,” ucap Ketua Pramuka Peduli Kwarcab Banyumas Heriana Ady Chandra, Kamis, 27 Desember 2018.
Tiga santri ini pun berusaha mencari keberadaan Ahmad, sebisanya. Apa daya, tubuh mereka sudah terlampau lemah.
“Mereka bertiga sudah kelelahan akhirnya Muhammad As'ari memutuskan untuk mencari pemukiman penduduk untuk meminta pertolongan. Namun nampaknya mereka bertiga tidak meminta pertolongan,” ucapnya.
Bahkan, hingga sebulan kemudian, tiga santri ini juga tak mengungkap bahwa rekan mereka, Ahmad, telah raib saat mendaki Gunung Slamet, sampai kemudian pihak Ponpes Attolibiyah mencari keberadaan santri satu ini. Pasalnya, hingga satu bulan, Ahmad tak terlihat di Ponpes.
Evakuasi 5 Jam di Gunung Slamet
Lantas, utusan Ponpes pun berkunjung ke rumah orang tua Ahmad Sulaiman di Desa Mungcanglarang RT 09 RW 02 Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal.
Tetapi, ayah Ahmad, Sarna dan keluarga justru mengira mengira anaknya masih di Ponpes. Mereka tak menyangka anaknya mendaki Gunung Slamet. Adapun pihak Ponpes Attolibiyah menduga Ahmad berlibur di rumah.
“Keluarga juga terkejut karena sudah satu bulan Ahmad Sulaiman tidak pulang,” Chandra mengungkapkan.
Akhirnya, baru pada Selasa, 25 Desember 2018, ketiga rekan Ahmad Sulaiman yang mendaki Gunung Slamet melaporkan bahwa Ahmad hilang di Gunung Slamet.
Rabu, 26 Desember 2018, pukul 08.15 WIB, sebanyak 23 anggota tim SAR gabungan diberangkatkan dari Desa Kutabawa, Purbalingga.
Adapun sebagian dari tim SAR Purbalingga, keluarga, Polsek dan Koramil Karangreja, Tagana Banyumas dan Purbalingga, Pramuka Peduli Kwarcab Banyumas, TRC IKB RAPI, Kader Siaga Bencana (KSB) Kecamatan Sumbang, Polsek Sumbang dan PMI Kabupaten Banyumas menunggu di titik penjemputan.
Usai mencari upaya pencarian nyaris penuh, akhirnya Ahmad Sulaiman ditemukan. Sayangnya, saat ditemukan sekitar pukul 16.30 WIB, Ahmad sudah dalam keadaan meninggal dunia. Jenazah Ahmad ditemukan di anakan Sungai Pelus.
“Jenazah dalam kondisi rusak, tinggal kerangka saja. Kemudian Tim Evakuasi melakukan evakuasi ke rute terdekat lewat anakan Sungai Pelus Desa Limpakuwus Kecamatan Sumbang Banyumas melalui Hutan Perhutani KPH Banyumas Timur,” ucap Chandra.
Awalnya tim SAR dari Banyumas akan menjemput secara estafet. Tetapi, kemudian diurungkan mengingat medan evakuasi bukan melalui jalur pendakian. Jalur evakuasi ini sangat berisiko jika sistem estafet diberlakukan.
“Proses evakuasi berjalan kurang lebih 5 jam, sampai di titik penjemputan pukul 22.45 WIB. Selanjutnya jenazah dibawa ke RS. Margono Soekardjo Purwokerto untuk dilakukan pemeriksaan oleh Inafis Polres Banyumas,” Chandra menambahkan.
Advertisement