Sukses

Melihat Peluang Gula Batok Asal Sumsel Menembus Pasar Internasional

Pemprov Sumsel melirik potensi pemanis gula batok lokal untuk dipasarkan ke luar negeri.

Liputan6.com, Palembang - Banyaknya produksi gula batok atau sering disebut gula merah asal Sumatera Selatan (Sumsel), sedang dilirik untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sumsel. Bahkan perisa alami ini ditaksir berpotensi menembus pasar internasional.

Menurut Wakil Gubernur (Wagub) Sumsel Mawardi Yahya, salah satu untuk mengurangi angka pengangguran dengan memanfaatkan bahan makanan produksi daerah yang bisa dipromosikan.

"Luar biasa bisa untuk mengurangi pengangguran. Apalagi sekarang di Eropa, kebiasaan minum kopi tidak lagi pakai gula pasir, tapi gula merah. Ini harus jeli," ujarnya dalam Kilas Balik Provinsi Sumsel 2018 di Griya Agung Palembang, Jumat (28/12/2018).

Melimpahnya produksi bahan baku gula batok dari pohon aren ini yang akan diujicoba oleh Pemprov Sumsel. Dalam 1 batang pohon aren bisa menghasilkan 2 Kilogram (Kg) gula batok per harinya.

Produksi gula batok khas Sumsel pun sudah lama digeluti masyarakat di skala rumahan, salah satunya di Kabupaten Banyuasin Sumsel. Selain itu, ada gula puan yang juga menjadi ciri khas penambah rasa alami khas Sumsel.

"Ini sudah jadi pemikiran kami, apalagi pengelolaannya sederhana. Walaupun terkesan kuno, tapi (pemasarannya) sedang saya coba dulu. Jika berhasil, akan diterapkan di Sumsel dalam 1-2 tahun ke depan," ujarnya.

Langkah ini dinilai Mawardi Yahya sebagai salah satu ketahanan ekonomi lokal. Pemprov Sumsel juga sedang memetakan ekonomi rumah tangga masyarakat lokal.

Apalagi banyak masyarakat Sumsel yang berprofesi sebagai petani karet dan sawit sedang mengalami kerugian. "Situasi sekarang, masyarakat kita sudah banyak mengelola kebun karet dan sawit. Ini bisa dipindah jadi lahan sawah," ujarnya.

2 dari 2 halaman

Permudah Akses Daerah

Untuk mempermudah rencana ini, Wagub Sumsel menghimbau kepada kepala daerah di 17 Kabupaten/Kota di Sumsel agar lebih membuka diri ke Pemprov Sumsel. Sehingga langkah penurunan angka pengangguran di Sumsel bisa mudah terealisasi.

Langkah lain untuk mempersingkat akses ke kawasan pedalaman yang memproduksi gula batok, yaitu dengan menggelontorkan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 2019 lebih dari Rp 1,2 Triliun.

"Sepanjang 400 Kilometer (Km) lebih jalan di Sumsel rusak. Di tahun 2020 mendatang, semua jalan provinsi harus selesai. Target perbaikan 70 persen selesai tahun ini," katanya.

Pemprov Sumsel juga menyoroti pendidikan gratis di Sumsel yang sebelumnya digratiskan namun masyarakat masih harus membayar.

"Itu yang jadi masalah dan kita tangkap. Akan kita klasifikasikan, seperti apa standarnya dan konsekuensi kualitas yang dikenakan biaya," ujarnya.

Saksikan video pilihan berikut ini: