Sukses

Dihantui Isu Tsunami, Warga Kendari Takut Bermain di Pantai

Meski masih dalam masa libur sekolah, kunjungan warga Kendari ke pantai sangat minim. Diduga karena adanya isu tsunami.

Liputan6.com, Kendari - Bencana tsunami yang melanda wilayah Banten dan Lampung pada Sabtu, 22 Desember 2018, tampaknya menjadi momok bagi ribuan warga Kota Kendari saat mengawali tahun baru 2019, Selasa (1/1/2019). Belasan titik lokasi wisata pantai yang tersebar di sekitar Kota Kendari dan Sulawesi Tenggara yang harusnya ramai saat masa liburan, kini sepi pengunjung.

Penurunan ini disebut sejumlah pihak mencapai hingga 60 persen dibanding tahun 2018 lalu. Dampaknya, pendapatan daerah di sektor pariwisata pun ikut menurun.

Kepala Bagian Industri dan Destinasi Dinas Pariwisata Kota Kendari La Ode Darmawan mengatakan, peringatan gelombang tinggi oleh BMKG di wilayah Sulawesi Tenggara diduga menjadi pemicu turunnya angka kunjungan.

Selain itu, bencana tsunami yang terjadi di wilayah Banten dan Lampung, menjadi alasan utama warga Kota Kendari lebih memilih lokasi liburan lainnya.

"Awal tahun 2018 lalu, saya ingat betul ada sekitar 3.000 lebih pengunjung di wilayah pantai Nambo Kendari. Sekarang malah hanya mencapai sekitar 1000 wisatawan saja," ujar Laode Darmawan, Rabu, 2 Januari 2019.

Diketahui, harga tiket masuk pantai Nambo berkisar antara Rp 10 ribu hingga Rp 15.000 per orang. Tahun ini, sejumlah tenda berteduh yang disiapkan pengelola pantai nyaris tak diisi oleh wisatawan.

Lokasi pantai lainnya yang berdekatan dengan Pantai Nambo, Pulau Bokori, juga menjadi dampak dari ketakutan warga. Pulau yang berjarak 15 menit perjalanan dari Kota Kendari dengan perahu bermesin ini, hanya didatangi 1.000 orang lebih wisatawan.

"Ini juga berbeda dengan awal tahun 2017 dan 2018. Jauh sekali penurunannya, padahal dari segi fasilitas Pulau Bokori lebih unggul," tambah La Ode Darmawan.

Kondisi sejumlah wisata di Kota Kendari juga dipantau Kodim 1417 Kendari. Pihak Babinsa yang berjaga pada beberapa titik lokasi liburan warga, melaporkan penurunan jumlah turis. Sejumlah lokasi pantai dengan jumlah pengunjung yang berkurang, sempat diabadikan Kodim 1417 dalam akun media sosial mereka.

 

2 dari 2 halaman

Gelombang Landai

Kantor Pencarian dan Evaluasi (SAR) Kendari juga mengonfirmasi soal kepadatan pengunjung yang dinilai tidak sebanyak tahun sebelumnya. Sehingga, hampir tidak ada kendala berarti dari SAR yang menerjunkan 105 orang personel pada 16 titik lokasi wisata di Sulawesi Tenggara.

"Alhamdulillah aman. Semua terpantau lancar dan berjalan baik, hampir tidak ada masalah berarti saat anggota bertugas di lapangan," ujar Humas Kantor SAR Kendari, Wahyudi.

Wahyudi mengatakan, dari 16 titik lokasi wisata yang biasanya dipadati warga, 10 titik di antaranya adalah pantai. Rata-rata sepi dibanding tahun sebelumnya.

Data dari BMKG Sulawesi Tenggara, ketinggian gelombang laut pada 1 Januari di wilayah Sultra hanya berkisar 0,1 hingga 0,5 meter. Sedangkan, kecepatan angin hanya berkisar 1-8 knot. Kondisi ini, berbeda dengan beberapa hari sebelumnya, ketinggian gelombang laut mencapai 2,5 meter.

Pemda Pilih Gelar Zikir Akbar di Mesjid

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dan Kota Kendari melewatkan malam pergantian tahun menuju 2018 tanpa aktivitas hiburan seperti awal tahun 2018. Pemda lebih menggelar zikir pada sejumlah lokasi mesjid yang tersebar di Kota Kendari.

Salah satu lokasi mesjid yang dijadikan tempat beribadah sejak 31 Desember 2018 malam hingga menjelang 1 Januari 2019 pagi adalah Masjid Al Alam Kendari. Masjid yang berlokasi di pinggir Teluk Kendari ini menjadi tempat berkumpulnya sekitar 3.000 warga Kota Kendari.

Plt Wali Kota Kendari Sulkarnain Kadir mengatakan, Pemda Kota Kendari fokus menggelar kegiatan ibadah pada awal tahun 2019 berbeda dengan tahun sebelumnya. Diharapkan pada 2019, Kota Kendari menjadi daerah yang lebih religius.

"Bukan semata pembangunan fisik, kita juga memastikan untuk membangun kesadaran manusianya melalui kegiatan yang membina karakter. Bukan hanya pembangunan fisik seperti bangunan, jalan, maupun jembatan saja, melainkan harus beriringan pembentukan sifat yang lebih baik," ujar Sulkarnain.

 

Simak video pilihan berikut ini: